Swasembada Energi dan Jalan Menuju Keberlanjutan
Perkebunan sawit di Riau-Frislidia-ANTARA
Sawit mampu menyerap karbon dioksida dari udara lalu mengubahnya menjadi biomassa yang disimpan di akar, batang, dan daun dengan volume yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman komersial lainnya termasuk pohon berkayu.
Dengan demikian sesungguhnya sawit, ketika dikelola dengan ramah lingkungan dan berkelanjutan, memang dapat menjadi komoditas yang diandalkan untuk swasembada energi sekaligus untuk menyerap karbon. Sejauh ini belum ada komoditas komersial lain yang laju fotosintesisnya melampaui sawit.
Penanaman sawit di era saat ini juga sebetulnya tidak mungkin menggeser hutan primer karena hutan primer sesungguhnya sudah tidak ada.
Penanaman sawit umumnya dilakukan di lahan-lahan yang sebelumnya sudah dibuka pada era 80-90-an.
BACA JUGA:Kesehatan Tanah untuk Swasembada Pangan Indonesia
Catatan penting yang harus dilakukan adalah jangan sampai pembukaan lahan sawit dilakukan secara masif sehingga membuat lahan telanjang secara luas.
Pembukaan lahan dapat dilakukan secara bertahap agar keseimbangan lingkungan tidak terganggu.
Inovasi Pertanian
Mungkin inilah tantangan yang perlu dihadapi bersama. Bagaimana memanfaatkan potensi sawit secara maksimal tanpa mengorbankan ekosistem yang menjadi penopang kehidupan? Jawabannya terletak pada inovasi, tata kelola yang baik, dan kolaborasi lintas sektor.
Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah memaksimalkan produktivitas lahan sawit yang sudah ada.
Dengan lebih dari 16 juta hektare perkebunan sawit yang ada saat ini, fokus pada peningkatan hasil panen dan efisiensi produksi dapat menjadi langkah strategis.
BACA JUGA:Indonesia Menjadi Model Penanganan Teroris di Dunia
Teknologi pertanian modern dan pendekatan ramah lingkungan harus dioptimalkan untuk mencapai hal ini.
Selain itu, ekosistem gambut yang menjadi salah satu penyerap karbon alami terbesar di dunia juga perlu dijaga. Gambut bukan hanya benteng pertahanan kita dari krisis iklim, tetapi juga aset nasional yang berharga.
Melindungi dan merehabilitasi gambut yang ada dapat mencegah risiko kebakaran hutan yang sering terjadi di musim kemarau.
Dalam konteks transisi energi, pemerintah juga memiliki peluang untuk mengembangkan energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, angin, dan mikrohidro.