Progres Relasi Indonesia-China
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Xi Jinping di Balai Besar Rakyat, Beijing, China, pada Sabtu (10/11/2024)-Desca Lidya Natalia- ANTARA
Sebagian besar produksi tersebut akan dijual di AS karena harga di AS rata-rata 40 persen lebih tinggi dibanding di China sendiri.
BACA JUGA:Estafet Kepemimpinan Jokowi-Prabowo Menuju Indonesia Maju-sejahtera
Salah satunya adalah PT Thornova Solar Indonesia yang menyebut dalam situs webnya bahwa pabrik di Indonesia memiliki kapasitas tahunan memproduksi panel surya 2,5 GW untuk pasar Amerika Utara. Thornova Solar adalah anak perusahaan dari Yuncheng Solar Technology Group yang berpusat di Wuxi, China. Masih ada juga Trina Solar yang berkongsi dengan grup Sinar Mas mendirikan pabrik dengan kapasitas panel solar 1 GW.
Ekspor panel solar dari Indonesia ke AS pun melonjak hampir dua kali lipat menjadi 246 juta dolar AS hingga Agustus 2024, menurut data AS.
Hal tersebut pun dikonfirmasi Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani yang melakukan kunjungan ke China pada 16-20 Desember 2024.
"Kami mendapatkan komitmen investasi 7,4 miliar dolar AS. Investasi itu ada di empat bidang yaitu polisilikon, fiberglass, pet resin, dan juga EV (electronic vehicle)," kata Rosan kepada Antara.
BACA JUGA:Melindungi Anak-anak dari Bahaya Media Sosial
Polisilikon adalah material building block bagi industri semikonduktor. Material tersebut penting untuk membuat chip semikonduktor yang digunakan dalam setiap produk elektronik.
Adapun PET (polyethylene terephthalate) adalah resin polimer termoplastik serba guna dari kelompok poliester yang bisa digunakan untuk pakaian, wadah untuk cairan dan makanan, produk perawatan pribadi dan farmasi dan lembaran dan film dan bahkan dapat sebagai serat kaca.
Rosan mengunjungi 6 kota di China yaitu Shenzhen, Qinzhou, Guangzhou, Hangzhou, Quzhou dan Beijing. Ia pun mengunjungi perusahaan maupun bertemu dengan petinggi korporasi China yaitu BYD (di Shenzhen); CNGR (di Qinzhou); BRUNP dan CATL (di Guangzhou); Geely, Zhenshi Group, Wankai dan Hongshi (di Hangzhou); Huayou (di Quzhou); CEEC, Citic, dan Blue Marlin di Beijing.
"Kami juga memaparkan kebijakan yang terus kami perbarui agar iklim investasi Indonesia juga makin baik dan juga ease of doing business semakin improved. Itu yang kita sampaikan ke mereka," ungkap Rosan.
Relasi Indonesia-China mungkin tidak akan selalu berjalan lancar, tapi ruang untuk memperbaiki relasi dapat selalu terbuka terlebih dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang dipilih Prabowo yīqiān gè péngyǒu tài shǎo, yīgè dírén tài duō atau "Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlampau banyak". (ant)
Oleh: Desca Lidya Natalia