Desa Lalang, Pusat Denyut Budaya di Belitung Timur!
Ares Faujian-Istimewa-
Di ufuk timur Belitung, saat mentari merekah di atas Pantai Nyiur Melambai, Desa Lalang berdiri seperti guratan puisi yang ditulis waktu, di mana tanah, laut, dan langit seakan bersekutu menjaga harmoni. Desa ini bukan hanya sekadar hamparan perkampungan, melainkan denyut nadi budaya Belitung Timur yang terus berdetak.
Desa Lalang menyimpan kekayaan tak ternilai, berupa tradisi, ritus, seni, dan kearifan lokal yang hidup di tengah masyarakatnya. Dengan luas 18.780,22 ha, Desa Lalang berdiri menjadi pilar budaya yang berpusat di Manggar, dihiasi garis Pantai Nyiur Melambai hingga bukit-bukit kecil seperti Bukit Samak yang ikonis.
Dalam euforia Hari Jadi ke-148 tahun Desa Lalang, Desa Budaya tingkat nasional tahun 2022 ini kini telah menerima “Apresiasi Desa Budaya” tahun 2024 dari Kementerian Kebudayaan RI. Dengan konsistensi di tengah arus globalisasi, desa ini konsisten melaksanakan Festival Nepak Belulang, sebagai manifestasi rasa syukur dengan tradisi dan budaya yang masih berlanjut hingga saat ini.
Dalam Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa (DPKD) Desa Lalang tahun 2023, sejarah desa ini berakar dari era kejayaan timah pada abad ke-19. Pada 1851, wilayah ini menjadi bagian dari distrik tambang Manggar yang didirikan oleh Belanda. Nama ”Desa Lalang” sendiri diambil dari peta topografi Belanda pada 1876, di mana wilayah ini dikenal sebagai Pangkalan Lalang. Sejarah panjang tersebut kini diabadikan melalui Peraturan Desa Lalang Nomor 4 Tahun 2023, menetapkan tanggal 29 November 1876 sebagai hari jadinya.
Menyelami Tradisi dan Adat Desa Budaya Lalang
Di Desa Lalang, tradisi dan adat istiadat tidak sekadar menjadi hiasan masa lalu, tetapi bagian hidup yang terus diwariskan. Tradisi lisan seperti "Besaer" dan "Ngelasak" menjadi jembatan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Melalui cerita rakyat seperti "Putri Bunut" dan "Panglima Tingkak," masyarakat menjaga ingatan kolektif mereka, membingkai hubungan antara manusia dan alam.
BACA JUGA:Apresiasi Desa Budaya 2024: 5 Desa Terbaik Raih Penghargaan Berkat Inovasi Budaya Lokal
Tradisi adat yang menonjol di desa ini adalah "Makan Bedulang" dan "Betangas." Makan Bedulang adalah tradisi makan bersama dengan cara unik, di mana setiap dulang dinikmati oleh 4–5 orang, melambangkan kebersamaan dan persaudaraan. Sementara itu, Betangas merupakan ritual mandi uap rempah yang menjadi bagian dari persiapan adat pernikahan, mencerminkan harmoni antara tradisi dan kesehatan alami.
Seni di Desa Lalang hidup dalam pertunjukan tradisional seperti Hadrah Maindi dan Hadrah Gedungguk. Kedua jenis hadrah ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana spiritual dan simbol identitas Melayu Belitong. Seni kreasi seperti musik dan tari juga tumbuh subur melalui sanggar-sanggar seperti Pinang Gading dan Kembang Simpor, yang terus menghasilkan karya-karya kreativitas baru.
Ritus dan Pengetahuan Tradisional
Desa Lalang juga dikenal dengan ritus-ritusnya yang sakral. "Selamat Kampong" dan "Selamat Laut" adalah dua upacara tahunan yang melibatkan seluruh masyarakat. Selamat Kampong bertujuan memohon keselamatan bagi desa, sementara Selamat Laut menjadi simbol doa dan harapan bagi para nelayan agar diberi keberkahan dalam tangkapan.
Pengetahuan tradisional menjadi warisan lain yang tak kalah penting. Misalnya, masyarakat Desa Lalang memiliki pengetahuan "Mace Musim," yaitu kemampuan membaca tanda-tanda alam untuk memprediksi musim dan cuaca. Dalam ranah kuliner, mereka memperkenalkan cita rasa lokal melalui makanan khas seperti Lakse, Begero, dan Suto Belitong, yang merupakan manifestasi dari kearifan lokal.
Cagar Budaya: Jejak Kejayaan Masa Lalu
Desa Lalang juga menyimpan berbagai cagar budaya, yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarahnya. Rumah Muncong atau A2 adalah bekas rumah dinas Belanda yang kini menjadi simbol keanggunan masa lampau.