Akhir Perang Ukraina Dalam Kendali Donald Trump
Foto arsip: Kavaleri Ukraina saat latihan militer di Ukraina timur pada 13 Mei 2016. Bagian terbesar Ukraina timur diduduki Rusia sejak pasukan pemerintahan Presiden Vladimir Putin menginvasi Ukraina pada Februari 2022. --(Kementerian Pertahanan Ukraina via Wikimedia Commons)
Tak cuma Ukraina dan Rusia yang kelelahan, Amerika Serikat pun sudah jemu oleh penglibatan internasionalnya sehingga rakyat mereka beralih lagi kepada Donald Trump yang anti-globalisme, pada Pemilu 2024.
Trump sendiri tak ingin energi AS terkuras oleh konflik Ukraina-Rusia karena bisa mengalihkan fokus kebijakannya yang bakal tercurah kepada pola hubungan penuh persaingan dengan China.
Atas alasan semua ini Trump diyakini bakal sekuat tenaga mengakhiri perang Ukraina-Rusia.
Sulit ditebak
Konflik Ukraina-Rusia bisa dijelaskan dari awal runtuhnya Uni Soviet pada 1991, yang melahirkan beberapa negara baru, salah satunya Ukraina.
Tapi berbeda dengan pecahan-pecahan Soviet yang lain, Ukraina mewarisi 2.000 senjata nuklir peninggalan Soviet, lengkap dengan peluru kendali dan bomber-bomber strategis, yang membuat Ukraina menjadi pemilik senjata nuklir ketiga terbesar di dunia setelah AS dan Rusia.
Pada 1994 di Budapest, Hungaria, Presiden Bill Clinton menengahi perundingan antara Rusia dan Ukraina, serta Inggris, mengenai solusi senjata nuklir warisan Soviet di Ukraina.
BACA JUGA:Bahaya Tersembunyi di Balik Revolusi Kecerdasan Buatan
Perjanjian itu lalu mengamanatkan Ukraina agar menyerahkan semua senjata nuklir itu kepada Rusia, dengan imbalan Rusia wajib menghormati kemerdekaan dan kedaulatan Ukraina, serta dilarang menggunakan kekuatan militer terhadap Ukraina. Sebaliknya, AS dan Inggris berjanji membantu Ukraina jika diserang Rusia.
Ternyata itu omong kosong belaka karena pada 2014 Rusia menduduki Krimea, AS dan Inggris cuma bisa diam.
Pemerintah Barack Obama yang saat itu memimpin AS, enggan memberikan bantuan senjata kepada Ukraina karena tak ingin membuat Rusia terprovokasi untuk melancarkan perang yang lebih luas.
Tapi begitu pemerintahan AS digantikan oleh Trump, kebijakan Obama itu langsung tercampakkan karena untuk pertama kalinya AS memberikan bantuan senjata kepada Ukraina.
Trump juga tegas terhadap Putin. Salah satu bukti ketegasan itu terlihat ketika dia memberi lampu hijau kepada militer AS untuk menyerang tentara bayaran Wagner Group di Suriah timur, tanpa takut membuka front dengan Rusia.
Ternyata, Trump yang nekat, membuat Putin mengendalikan diri. Tapi, begitu Trump terpental dari kekuasaan untuk digantikan Joe Biden pada 2021, Putin menyerang Ukraina pada 20 Februari 2022.
Kini Trump berkuasa lagi di AS. Putin bakal menghadapi lagi pendekatan Trump yang sulit ditebak.