Menkomdigi Tekankan Generasi Muda Harus Terapkan Nilai Budaya dalam Pemanfaatan AI
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid, didampingi Kepala Badan Pengembangan SDM Kemkomdigi Hary Budiarto, Plt. Dirjen Pengawasan Ruang Digital Alexander Sabar, dan Ketua Mastel Sarwoto dalam kunjungan kerja di STMM Yogyakarta, Rabu (11/12/2024). -Livia Kristianti-ANTARA
BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengingatkan generasi muda, terutama mahasiswa, untuk menjaga dan menerapkan nilai-nilai budaya saat menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Ia menekankan pentingnya memastikan bahwa teknologi ini tidak mengikis warisan budaya bangsa.
Pernyataan ini disampaikan Meutya saat melakukan kunjungan ke Sekolah Tinggi Multimedia (STMM) Yogyakarta, yang akan bertransformasi menjadi Politeknik Digital (Poldigi) Yogyakarta pada tahun 2025.
“Dalam menghadapi kemajuan teknologi, para pemimpin masa depan harus memiliki kebijaksanaan. Teknologi yang hampir tidak memiliki nilai harus diimbangi dengan penanaman nilai-nilai tersebut,” ujar Meutya di hadapan para mahasiswa di STMM Yogyakarta, Rabu.
Meutya mencontohkan Kampoeng Cyber di Yogyakarta, sebuah inisiatif yang berhasil mengintegrasikan nilai budaya dengan teknologi. Komunitas di RT 036 Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, yang memulai proyek ini pada Juli 2008, telah mempertahankan semangat gotong-royong sambil menghadirkan akses konektivitas digital yang terjangkau bagi masyarakat. Inisiatif ini telah berlangsung hampir dua dekade dan menunjukkan bagaimana teknologi dapat dipadukan dengan budaya untuk memberikan manfaat yang signifikan.
BACA JUGA:Menteri BUMN Erick Thohir Sebut Indonesia Siap Dirikan Bank Emas
BACA JUGA:Wamenag dan KASAD Bertemu Bahas Penambahan Petugas Haji dari TNI
“Saya baru saja mengunjungi Kampoeng Cyber, dan melihat bahwa gerakan tersebut adalah kekuatan di mana teknologi dan budaya bisa berkolaborasi dengan baik,” kata Meutya, mengapresiasi keberhasilan komunitas tersebut.
Ia berharap mahasiswa STMM dapat mengambil inspirasi dari contoh tersebut, terutama mengingat Yogyakarta sebagai Kota Pelajar yang kaya budaya. Nilai-nilai budaya seharusnya sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Lebih lanjut, Meutya mengajak para mahasiswa untuk menyambut teknologi terkini, termasuk AI, dengan sikap positif dan proaktif. “Saya percaya bahwa teknologi harus diembrace, bukan dilawan. Kita perlu melihat bagaimana memaksimalkan manfaat dari kecerdasan buatan ini dengan pendekatan yang tepat,” tambahnya.
Dengan demikian, generasi muda diharapkan dapat memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan identitas budaya, menciptakan sinergi antara kemajuan teknologi dan pelestarian warisan budaya. (ant)