Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

Di Balik Sidang Majelis Umum PBB, Solusi Dua Negara dan Prabowo-Trump

Suasana saat Presiden Prabowo Subianto menghadiri 'Multilateral Meeting on the Middle East' yang digelar di Ruang Konsultasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9/2025)-BPMI Setpres-ANTARA/HO

Tidak boleh dilupakan bahwa sejak Oktober 2023, pengeboman Israel yang telah menewaskan hampir 66.300 warga Palestina dengan sebagian besar wanita dan anak-anak—adalah sebuah fakta.

Tidak boleh dilupakan bahwa wilayah Gaza kini sudah tidak layak huni dengan penyakit yang menyebar dengan cepat—adalah sebuah fakta.

Tidak boleh dilupakan bahwa tentara Israel yang berupaya mencegat Global Sumud Flotilla yang merupakan kapal pembawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza—adalah sebuah fakta.

Refleksi di Sidang Majelis Umum ke-80 PBB

Indonesia tidak hanya hadir selama dua hari pada rangkaian Pekan Tingkat Tinggi SMU PBB. Hampir satu minggu, Indonesia, melalui Menteri Luar Negeri Sugiono beserta jajarannya, disibukkan dengan beragam agenda PBB maupun aneka pertemuan lainnya yang digelar di sela-sela sidang tahunan itu.

BACA JUGA:Mendorong Geografi Sebagai Fondasi Strategis Terwujudnya Asta Cita

Nama Indonesia, terutama Presiden Prabowo Subianto sepertinya tengah naik daun. Presiden sejak resmi menjabat, memang sangat aktif melaksanakan diplomasi luar negeri.

Tak heran, jika Indonesia menerima sekitar 258 tawaran pertemuan selama sesi Pekan Tingkat Tinggi sidang PBB yang berlangsung pada 22-27 September. Namun, setelah mengurasi dengan menimbang sejumlah hal seperti prioritas dan lokasi pertemuan, maka Kementerian Luar Negeri memilih untuk menjalankan sekitar 200 pertemuan saja.

Menlu Sugiono di antaranya menghadiri pertemuan yang menandatangani Deklarasi Pelindungan Pekerja Kemanusiaan, pertemuan untuk membahas Gaza setelah upaya perdamaian terwujud, pertemuan dengan G20, UNRWA, hingga BRICS. Pejabat Kemlu juga menghadiri pertemuan dengan G77 dengan OKI.

Sejumlah pertemuan bilateral dengan Ekuador, Angola, Venezuela, Honduras, hingga Maladewa juga terjadi.

Menlu Sugiono merefleksikan kehadiran Indonesia di Markas Besar PBB itu sebagai momentum untuk memperkuat diplomasi yang ingin menjadi sahabat bagi semua negara.

BACA JUGA:Mengelaborasi 4 Sehat 5 Sempurna plus halal dalam menu MBG

Merujuk pada prinsip Presiden Prabowo “seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak,” Sugiono menekankan bahwa Indonesia tetap berpegang pada prinsip bahwa kita ingin menjadi sahabat dan teman bagi semuanya dan tidak ingin punya musuh.

Banyaknya pertemuan yang dihadiri Indonesia selama SMU PBB, semakin menguatkan bahwa prinsip dasar kebijakan luar negeri yang diusung Indonesia adalah politik bebas aktif.

Bebas berarti Indonesia tidak memihak kekuatan besar mana pun atau blok kekuasaan global mana pun.

Terbukti dengan kehadiran Indonesia pada sejumlah forum di SMU dengan kelompok BRICS dan G20 yang memiliki sejumlah perbedaan prinsip. Hubungan dengan negara-negara Arab juga terjaga dengan kehadiran Indonesia pada forum OKI.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan