Refleksi dan Harapan
Dalam menghadapi semua tantangan ini, peran pemerintah, masyarakat, keluarga, dan institusi pendidikan menjadi sangat penting. Seperti yang disampaikan oleh Mendikdasmen, Prof. Abdul Mu’ti, kompetensi kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional adalah landasan utama untuk membentuk guru yang bermartabat. Namun, keempat kompetensi ini tidak mungkin terwujud tanpa dukungan yang menyeluruh.
Untuk menjadikan guru profesional, harus ada peningkatan kualitas pelatihan dan pendidikan guru secara berkesinambungan. Prof. Suyanto selaku Guru Besar UNY menyampaikan dalam buku Menjadi Guru Profesional, yakni untuk kepentingan sekolah, memiliki guru yang profesional merupakan kunci keberhasilan bagi proses belajar-mengajar di sekolah itu (Suyanto, 2013). Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis pembelajaran aja, tetapi juga mencakup pengembangan kepribadian dan etika profesi.
BACA JUGA:Menyeimbangkan Bandul Geopolitik dengan Diplomasi
Pemerintah juga perlu memastikan bahwa semua guru, baik ASN maupun honorer, mendapatkan akses yang setara terhadap program pengembangan ini. Karena anak akan menerima pengajaran dari semua jenis guru di suatu sekolah, tidak ada kelas yang diperuntukkan untuk guru ASN ataupun guru honorer.
Di sisi kesejahteraan, langkah-langkah konkret seperti pemberian insentif, jaminan kesehatan, dan perlindungan hukum menjadi keharusan. Guru juga perlu dilindungi dari ancaman kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang berpotensi datang dari siswa maupun orang tua siswa. Dilansir dari Tempo (2024), Gibran Rakabuming selaku Wakil Presiden RI mengusulkan regulasi terkait hal ini, yakni UU Perlindungan Guru.
Merayakan Guru, Merayakan Harapan
Di tengah segala tantangan, perayaan Bulan Guru Nasional menjadi momen untuk menumbuhkan harapan baru. Dengan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” pada tahun 2024, ada pesan optimisme bahwa pendidikan Indonesia akan terus maju jika profesi guru dihormati dan didukung secara maksimal.
BACA JUGA:Mempercepat Transformasi Layanan Publik Melalui Digitalisasi
Sebagai refleksi berkelanjutan, mari kita renungkan apa yang bisa kita lakukan untuk guru-guru di sekitar kita. Mungkin kita tidak bisa memberikan solusi atas semua permasalahan mereka, tetapi langkah kecil seperti memberikan apresiasi, mendukung upaya mereka, atau bahkan hanya menunjukkan rasa hormat, dapat memberikan dampak besar.
Hujan di bulan November mengingatkan kita akan siklus alam, bahwa setelah badai, selalu ada pelangi. Begitu pula dengan profesi guru di Indonesia. Meski badai tantangan sering kali menghadang, semangat dan dedikasi mereka adalah pelangi yang akan membawa generasi bangsa menuju masa depan yang lebih cerah.
Mari kita jadikan Bulan Guru Nasional sebagai momentum untuk tidak hanya merayakan jasa guru, tetapi juga merenungkan peran kita semua dalam mendukung generasi muda menjadi Generasi Emas 2045. Karena sejatinya, kemajuan sebuah bangsa tidak terlepas dari tangan-tangan para guru yang mendidik, membimbing, dan membangun masa depan kita semua.
Setiap guru layaknya hujan, memberikan dampak yang abadi, menyentuh setiap sudut kehidupan dengan cara yang tak selalu tampak, namun selalu memberi arti. Selamat Hari Guru Nasional 2024. Digahayu ke-79 tahun untuk Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
*) Ares Faujian, America Field Service (AFS) Global Educator dan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sosiologi Kabupaten Belitung Timur