Menag Nasaruddin Umar Minta Jaga Nama Baik Institusi dalam Rakernas

Sabtu 16 Nov 2024 - 19:25 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

BELITONGEKSPRES.COM - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak jajarannya untuk memanfaatkan rapat kerja nasional (Rakernas) Kementerian Agama (Kemenag) sebagai titik awal untuk perubahan positif. 

Dalam pidatonya, ia menggambarkan Kemenag sebagai institusi yang baru seperti selembar kertas putih bersih yang sangat sensitif terhadap noda, sehingga setiap tindakan yang tercatat akan berpengaruh besar pada citra lembaga.

“Mulai hari ini, kita harus menulis sejarah baru. Kita seperti kertas putih yang harus dijaga dari noda. Jangan biarkan nama baik Kemenag ternoda,” kata Menag dalam pembukaan Rakernas di Bogor, Jumat, 16 November, seperti dilansir Antara.

Menag mengingatkan bahwa Kemenag memegang peranan vital dalam kehidupan beragama di Indonesia, sehingga menjaga citra dan integritas lembaga menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini penting, mengingat dampak dari setiap tindakan yang tercatat oleh publik akan berlanjut dalam ingatan masyarakat.

BACA JUGA:Dorong Perlindungan Lebih Kuat, Kementerian PPPA Usulkan Revisi UU KDRT

BACA JUGA:P2G Tolak Perubahan Kurikulum Merdeka, Konsep Deep Learning Dinilai Terburu-buru

Ia juga menekankan pentingnya fokus pada penyelesaian masalah, dan mengingatkan bahwa setiap unit kerja sudah memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan yang ada. “Saya percaya bahwa bapak/ibu sudah mengetahui solusi yang diperlukan, jadi segera selesaikan,” ujar Menag dengan tegas.

Lebih lanjut, Menag mengajak seluruh jajarannya untuk tidak ragu dalam berkonsultasi langsung dengannya jika diperlukan. Sebagai Menteri Agama yang dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto, Nasaruddin Umar menegaskan komitmennya untuk mendedikasikan diri sepenuhnya untuk Kemenag dan umat. 

“HP kami menyala 24 jam. Saya dan Wakil Menteri siap bekerja sepenuh hati untuk Kemenag. Ini bagian dari jihad kita bersama,” tegasnya.

Menag juga memberikan arahan terkait efisiensi dan efektivitas anggaran, dengan menyoroti pembatasan perjalanan dinas, terutama yang dilakukan ke luar negeri. “Tidak perlu perjalanan dinas hanya untuk menghadiri acara yang belum tentu berdampak. Seminar bisa dilakukan secara daring. Perjalanan dinas tidak perlu melibatkan rombongan besar. Mari kita alihkan anggaran untuk kepentingan yang lebih mendesak, seperti membantu fakir miskin dan dhuafa,” ujarnya. (beritasatu)

Kategori :