Jangan Salah Menilai (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)

Senin 21 Oct 2024 - 22:04 WIB
Oleh: Ares Faujian

Konsep suspending judgement yang penulis pelajari di AFS menjadi relevan karena membantu kita untuk tidak terjebak dalam bias stereotip tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Walter Lippmann bahwa we do not first see, and then define, we define first and then see (Lippmann, 1922). Artinya, kita melihat dunia melalui lensa stereotip yang sudah terbentuk sebelumnya, bukan dari pengamatan yang netral.

Dalam implementasinya, suspending judgement menuntut kita untuk menunda penilaian hingga semua informasi yang relevan tersedia. Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian dari kita tergoda untuk cepat-cepat menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan, perilaku singkat, atau informasi yang belum lengkap.

Contohnya, saat berinteraksi dengan seseorang dari budaya yang berbeda, kita mungkin merasa bahwa perilaku mereka "aneh" atau "tidak sopan" karena perbedaan kebiasaan. Namun, dengan menunda penilaian dan mencoba memahami latar belakang budaya mereka, kita bisa menghindari kesalahpahaman ini.

Situasi ambigu adalah tempat di mana suspending judgement sangat diperlukan. Misalnya dalam dunia pendidikan, menunda penilaian dalam kondisi ambigu bisa terjadi ketika seorang guru menghadapi siswa yang terlambat masuk kelas. 

BACA JUGA:Menumbuhkan Kepercayaan Internasional di Tengah Krisis Global

Alih-alih langsung menghakimi bahwa siswa tersebut malas atau tidak disiplin, guru sebaiknya menunda penilaiannya dan mencari tahu penyebab keterlambatan itu. Mungkin saja siswa tersebut menghadapi masalah pribadi, seperti kesulitan transportasi atau tanggung jawab keluarga yang membuatnya sulit datang tepat waktu.

Dengan suspending judgement, seorang guru dapat lebih memahami situasi secara menyeluruh dan merespon dengan cara yang lebih tepat. Selain itu, pendidik juga bisa memberikan dukungan atau solusi, daripada menghukum secara langsung.

The DIVE

Daniel Kahneman (2011) dalam bukunya Thinking, Fast and Slow menekankan pentingnya memperlambat proses berpikir cepat (Sistem 1) yang sering kali penuh bias. Sehingga perlu menggantinya dengan proses berpikir lambat (Sistem 2), yang lebih analitis dan penuh pertimbangan.

Untuk membantu kita menunda penilaian yang begitu cepat, model The DIVE (Description, Interpretation, Verification, Evaluation) yang dikembangkan oleh Janet Bennett dan Milton Bennett menjadi alat yang sangat berguna dalam penerapan suspending judgement.

Tahap pertama, Description, yaitu menekankan pentingnya mengamati deskripsi fakta secara objektif tanpa menyisipkan opini. Pertanyaan kunci pribadi pada tahap ini yakni, apa yang saya lihat? Unsur-unsur apa yang dapat saya amati dalam situasi tersebut?

BACA JUGA:Masa Depan Kurikulum Merdeka Pasca Pergantian Kabinet

Imajinasikanlah Anda sedang duduk di sebuah kafe dan melihat seseorang masuk ke dalamnya dengan raut wajah tegang, dan langsung menuju kasir tanpa senyum atau menyapa siapa pun. Pada tahap Description, Anda hanya mendeskripsikan apa yang dilihat tanpa menambahkan opini, yaitu seseorang masuk dengan wajah tegang dan langsung menuju kasir tanpa menyapa orang di sekitar.

Tahap kedua, Interpretation, yakni mendorong kita untuk mencoba memahami dan menafsirkan makna di balik situasi tersebut, tetapi tanpa langsung menilai. Pertanyaan kunci pribadi pada tahap ini yaitu, bagaimana saya memahami apa yang saya lihat? Apa asumsi saya tentang  apa yang telah saya amati? Apa saja kemungkinan penafsiran mengenai apa yang sedang terjadi?

Pada contoh kasus di kafe tersebut, pada tahap kedua ini yang perlu dilakukan ialah kita perlu mencoba menafsirkan apa yang mungkin terjadi. Mungkin orang tersebut sedang terburu-buru karena ada janji penting, atau mungkin ia sedang marah. Namun, kita perlu berhenti sejenak untuk tidak membuat kesimpulan akhir.

Tahap ketiga adalah Verification. Pada tahap ini membantu kita mencari informasi lebih lanjut untuk menguji validitas interpretasi awal, apakah sudah sesuai dengan maksud dan fakta yang sebenarnya. Pertanyaan pribadi kunci pada tahap ini yaitu, penafsifan saya yang manakah yang kemungkinan akurat? Apa lagi yang perlu saya ketahui untuk mengetahui interpretasi mana yang paling mungkin?

Dari ilustasi contoh di kafe, pada tahap ketiga ini kita perlu memutuskan untuk memperhatikan lebih lanjut perilaku orang tersebut. Kita ternyata mendengar orang itu berbicara dengan kasir dengan nada suara terburu-buru, dan ternyata sebenarnya ia sedang meminta bantuan karena kehilangan dompet. Dari sini, kita bisa memverifikasi bahwa kemungkinan besar orang tersebut sedang cemas karena situasi yang mendesak.

Kategori :