Apakah AI Mengancam Demokrasi? Dampak Deepfake dalam Politik

Sabtu 12 Oct 2024 - 20:38 WIB
Oleh: Halimah Twin Desta

Artifical Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir dan mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, termasuk politik. Salah satu hasil teknologi AI yang kontroversial adalah deepfake.

Istilah "deepfake" sendiri berasal dari kata "deep learning" dan "fake," yang memiliki arti teknologi yang mampu menciptakan atau mengubah konten visual dan audio secara realistis namun palsu. Awalnya, teknologi ini dikembangkan untuk tujuan kreatif seperti efek visual dalam film atau hiburan, tetapi dengan cepat diadopsi dalam konteks yang lebih kontroversial. 

Salah satu teknologi kunci di balik deepfake adalah Generative Adversarial Networks (GAN), yang bekerja dengan dua jaringan: satu jaringan menghasilkan gambar atau video palsu, dan jaringan lainnya mencoba mendeteksi apakah itu palsu. Melalui proses ini, deepfake menjadi semakin realistis. 

Seiring perkembangan teknologi, deepfake mulai menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor khususnya di sektor politik. Teknologi ini telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam terkait keamanan informasi, manipulasi opini publik, dan bahkan stabilitas politik.

BACA JUGA:Dampak Ekonomi MotoGP Mandalika 2024: Untung atau Buntung?

Teknologi deepfake memiliki potensi besar untuk mempengaruhi politik secara signifikan, baik secara positif maupun negatif. Namun, dampak negatifnya jauh lebih menonjol, terutama terkait dengan keamanan informasi, manipulasi publik, dan stabilitas politik. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan oleh deepfake dalam dunia politik:

1. Menurunkan Kepercayaan Publik terhadap Institusi Politik

Dengan munculnya teknologi deepfake, masyarakat menjadi semakin sulit membedakan antara informasi yang benar dan yang salah. Ketika publik merasa tidak dapat lagi mempercayai apa yang mereka lihat atau dengar, kepercayaan terhadap institusi politik dan pemimpin mereka dapat tergerus. Hal ini dapat mengarah pada meningkatnya sinisme terhadap pemerintah dan sistem demokrasi secara keseluruhan, yang pada akhirnya melemahkan stabilitas politik dan sosial.

Pada tahun 2020 Vaccari dan Chadwick menyajikan hasil dari penelitian yang menunjukkan bagaimana orang bereaksi terhadap konten deepfake dan bagaimana mereka menilai kepercayaan pada video tersebut. Dan hasilnya kebanyakan masyarakat menelan informasi secara mentah-mentah tanpa mencari tau hal yang terjadi sebenarnya, sehingga hal inilah yang membuat kepercayaan masyarakat menurun

2. Melemahkan Bukti Hukum 

Dalam sistem hukum, video dan rekaman audio sering digunakan sebagai bukti. Namun, dengan adanya deepfake, bukti semacam itu bisa diragukan. Hal ini dapat membuat proses hukum menjadi lebih kompleks dan mempersulit penegakan hukum, khususnya dalam kasus-kasus yang melibatkan pejabat politik atau pemimpin publik. 

BACA JUGA:AI dan Ancaman di Masa Depan: Antara Peluang dan Risiko

Pengadilan mungkin kesulitan menentukan apakah bukti yang disajikan adalah asli atau hasil rekayasa teknologi, yang dapat memperlambat atau bahkan menggagalkan proses keadilan. Megan O'Neill  mengkaji berbagai aspek hukum yang terkait dengan deepfake, dan menyatakan bahwa deepfake dapat digunakan untuk memanipulasi bukti dan merusak integritas sistem hukum.

 3. Penyebaran Disinformasi

Deepfake memungkinkan penyebaran disinformasi dengan cara yang sangat realistis. Video atau audio yang direkayasa dapat menampilkan tokoh politik yang terlihat menyampaikan pesan yang sebenarnya tidak pernah diucapkan. Hal ini berisiko menyesatkan masyarakat, terutama selama kampanye pemilihan umum. 

Kategori :