BELITONGEKSPRES.COM - Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Melinda Bandung, dr. Johanes Chandrawinata, menekankan pentingnya fokus pada pemberian makanan bergizi selama 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu dari usia 0 hingga 2 tahun.
"Perhatian terhadap kecukupan gizi bayi harus dimulai sejak dalam kandungan dan berlanjut hingga bayi lahir.
Ini penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan optimal serta mencapai potensi genetik yang maksimal. Oleh karena itu, periode seribu hari pertama sangat krusial," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Komentar dr. Johanes ini terkait dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2024 yang membentuk Badan Gizi Nasional, yang menetapkan empat kelompok prioritas untuk pemenuhan gizi: peserta didik, anak di bawah lima tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui.
BACA JUGA:Bisakah Mendaftar CPNS dan PPPK 2024 Secara Bersamaan? Simak Aturannya
BACA JUGA:Vila Mewah Hendry Lie Disita Kejagung, Aset Korupsi Timah Senilai Rp20 Miliar
Menurut dr. Johanes, pemberian makanan bergizi harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan spesifik setiap individu. "Misalnya, pada balita, pemberian makanan harus sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Bayi harus mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, kemudian makanan pendamping ASI diperkenalkan, dan setelah satu tahun setengah, makanan bisa disesuaikan dengan pola makan orang dewasa, namun tetap harus lembut dan sesuai tahap tumbuh kembangnya," jelasnya.
Selain itu, dr. Johanes juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi bagi ibu hamil, terutama asam folat yang dapat mendukung produksi ASI dan mencegah cacat bawaan pada bayi. "Sebelum hamil, ibu perlu memastikan kecukupan asam folat untuk mengurangi risiko cacat bawaan pada bayi," tambahnya.
Dalam hal pemenuhan gizi untuk balita dan kelompok sasaran lainnya, dr. Johanes mengingatkan agar program pemerintah dapat lebih efektif dengan memfokuskan perhatian pada 1.000 hari pertama kehidupan untuk mencegah stunting dan malnutrisi.
BACA JUGA:Pembangunan Jalan TOL Balikpapan-IKN Dikebut, Waktu Tempuh Kurang dari 1 Jam
BACA JUGA:Dadan Hindayana dan Hasan Nasbi Pimpin Badan Baru, Tapi Masih Bingung Berkantor Dimana
Ia juga menekankan perlunya mengikuti pedoman gizi sesuai usia dan jenis kelamin, serta memperhatikan aktivitas fisik yang memengaruhi kebutuhan kalori.
"Kebutuhan kalori dan protein berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Misalnya, laki-laki cenderung lebih aktif dan membutuhkan kalori lebih banyak dibandingkan perempuan pada usia sekolah," tuturnya.
Dengan pendekatan yang tepat dan pemantauan yang cermat, diharapkan program pemenuhan gizi dapat mencapai sasaran dan mendukung kesehatan dan perkembangan yang optimal bagi generasi mendatang. (ant)