BELITONGEKSPRES.COM, Setelah menghentikan pengiriman semua kendaraannya, Daihatsu yang merupakan bagian dari Toyota saat ini menghentikan produksi domestiknya di Jepang. Langkah ini diambil setelah terungkapnya skandal keselamatan yang melibatkan kecurangan dalam pengujian keselamatan.
Perusahaan tersebut telah mengakui melakukan pemalsuan hasil uji keselamatan selama lebih dari 30 tahun. Akibatnya, produksi di seluruh pabriknya di Jepang dihentikan, berdampak pada sekitar 9.000 pekerja. Saat ini, belum ada jangka waktu yang ditentukan untuk memulai kembali produksi.
Minggu lalu, sebuah komite pihak ketiga yang independen menemukan bukti kecurangan pada uji keselamatan sekitar 64 model kendaraan, termasuk merek Toyota. Pengungkapan ini menyusul penghentian sementara semua pengiriman kendaraan domestik dan internasional oleh Daihatsu baru-baru ini sebagai bagian dari tindakan pengendalian kerusakan, termasuk unit yang diproduksi dan dijual di Indonesia.
Skandal ini semakin menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi Toyota sebagai perusahaan induk. Sebelumnya, Daihatsu telah mengakui pelanggaran standar uji tabrakan pada lebih dari 88.000 mobil, sebagian besar dijual dengan merek Toyota di negara-negara seperti Malaysia dan Thailand.
BACA JUGA:Melangkah ke Masa Depan, Prediksi Tren Teknologi Canggih Terkini 2024
BACA JUGA:Stok Beras di Babel Aman untuk 3 Bulan
Dilansir dari CarAndBike, hasil investigasi menunjukkan adanya pelanggaran yang melibatkan laporan palsu mengenai uji benturan sandaran kepala dan perbedaan kecepatan pengujian untuk beberapa model, dengan peningkatan praktik tidak jujur yang tercatat setelah tahun 2014.
Saat ini, tengah berlangsung negosiasi antara Daihatsu, serikat pekerja, dan pemasok mengenai kompensasi sehubungan dengan penghentian produksi. Insiden ini tidak hanya memberikan bayangan pada reputasi mobil Jepang terkait keselamatan dan keandalan, tetapi juga menandakan kemunduran dalam industri otomotif.
Ketika bicara tentang dampak finansial, Nikkei Asia melalui Paultan melaporkan bahwa akibat skandal uji keselamatan, Daihatsu berpotensi menghadapi kerugian hingga JPY 100 miliar atau sekitar Rp 10,8 triliun. Kerugian ini mencakup biaya penutupan pabrik dan pemberian kompensasi finansial kepada para pemasok.
Saat ini, belum ada tanggal resmi yang diberikan mengenai kapan produksi di Jepang akan dilanjutkan. Namun, laporan berita sebelumnya mengindikasikan bahwa penghentian produksi kemungkinan akan berlangsung setidaknya hingga akhir Januari. Sementara itu, untuk pasar Indonesia dan Malaysia, yang juga merupakan pasar besar dan penting bagi Daihatsu, produksi dan pengiriman telah dilanjutkan.
Selain kehilangan penjualan domestik, Daihatsu juga akan terlibat dalam negosiasi dengan pemasok terkait kompensasi atas pendapatan yang hilang, yang diperkirakan akan mengakibatkan biaya besar. Selain itu, biaya tambahan yang berasal dari investigasi dan uji keselamatan tambahan juga akan menjadi pertimbangan dalam perhitungan keseluruhan.