Bercermin pada pembentukan dana pandemi global yang membutuhkan waktu sekitar tiga tahun, dia optimistis bahwa dana air global akan dapat terbentuk, tetapi dia meyakini diperlukan percepatan untuk pembentukan dana air itu karena adanya kebutuhan yang besar dan mendesak.
Akan tetapi, World Water Forum ke-10 yang digelar oleh Indonesia paling tidak telah menjadi wadah untuk mendorong negara-negara lain dan pihak-pihak terkait melihat tentang perlunya suatu dana air global.
"Global Water Fund ini akan bersifat kolaborasi yang membutuhkan komitmen bersama yang mengajak semua pihak untuk mempunyai tujuan bersama. Bila tujuan itu bisa terbentuk dan ada rasa memiliki bersama maka bisa lebih lancar untuk pembentukan dana ini ke depan," ucapnya.
Selain kemauan politik dan komitmen bersama, tantangan lain bagi pembentukan Global Water Fund sebagai mekanisme pendanaan baru global adalah komitmen pemerintah negara-negara untuk bersedia memprioritaskan dan meningkatkan anggaran sektor air.
Dalam hal ini, tantangannya adalah kebutuhan investasi dan pembiayaan di sektor air bersih sangat besar, namun sektor air global saat ini hanya menarik kurang dari 2 persen belanja publik, menurut Bank Dunia.
“Sektor air, menurut penilaian kami, adalah sektor yang paling kekurangan dana di seluruh perekonomian di dunia. Tidak mungkin kita bisa membicarakan mekanisme baru, jika pemerintah masih perlu memperbaiki cara mereka mengalokasikan anggaran publik,” ujar Water Global Practice Director, World Bank Group, Saroj Kumar Jha.
BACA JUGA:Mengubah Air Selokan Menjadi Bersih
BACA JUGA:Menjaga 'Kolong' Sebagai Sumber Air Baku Warga Bangka Barat
Di sebagian besar negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang, air masih menjadi sektor yang paling kekurangan dana di seluruh perekonomian dunia.
"Faktanya, ada negara seperti Republik Demokratik Kongo yang hanya menghabiskan 2 hingga 3 persen anggaran tahunannya untuk air. Sementara, mereka membelanjakan 7 persen untuk pertanian, 13 persen untuk transportasi, dan 26 persen untuk energi," ujar Saroj.
Dia menyebutkan bahwa mayoritas negara berkembang di dunia menghabiskan kurang dari 2 persen anggaran tahunan mereka untuk air.
Alokasi seperti itu, memberikan gambaran mengenai bagaimana pendanaan sektor air diprioritaskan dalam anggaran publik di sebagian besar negara berkembang.
Selanjutnya, kebutuhan investasi untuk pembenahan infrastruktur air dan sanitasi juga memadai sangat besar sehingga dana yang berasal dari pemerintah saja tidak akan cukup.
Untuk itu, pendanaan global ini tentu memerlukan partisipasi pihak non-pemerintah, seperti organisasi internasional dan swasta. Namun begitu, dengan masih sangat kecilnya anggaran negara untuk sektor air tentu akan sulit mengundang investasi dan keterlibatan pihak swasta.
“Jangan berharap sektor swasta akan berpartisipasi jika Anda tidak memprioritaskan kami … Anda harus memimpin sektor ini dengan memiliki kebijakan dan peraturan yang tepat, dan tentu saja, didukung oleh pendanaan yang tepat di sektor ini," ucap Saroj menambahkan.
BACA JUGA:Pendekatan Strategy Blue Ocean pada Sektor Komoditas Utama Bangka Belitung