Letusan Gunung Ruang memicu pertumbuhan awan langka bernama Cumulonimbus flammagenitus yang berkembang secara vertikal, juga dikenal sebagai pyrocumulus.
Menurut Dini, jenis awan ini dihasilkan oleh sumber panas, seperti yang terjadi saat Gunung Ruang meletus. Bahkan, kebakaran hutan sering kali juga memicu pertumbuhan awan pyrocumulus.
Saat terjadi erupsi, gunung api tidak hanya melepaskan material vulkanik, tetapi juga menghasilkan energi panas yang dapat memanaskan udara di atas kawah atau area sekitar gunung tersebut.
"Udara panas tersebut akan naik secara konveksi yang diiringi dengan pencampuran gas, air, material vulkanik hingga terbentuk gumpalan awan vertikal," ujar Dini.
Gunung Ruang memiliki ketinggian puncak 725 meter di atas permukaan laut dan membentuk satu pulau tersendiri yang terpisah dari pulau lainnya.
Pulau Ruang memiliki dua kampung, yaitu Kampung Limpatehe dan Kampung Pumpente, dengan total penduduk sebanyak 838 jiwa. Lokasi kedua kampung ini hanya berjarak 2,5 kilometer dari puncak Gunung Ruang.
BACA JUGA:Gelombang PHK Karyawan Smelter di Bangka Belitung, Akibat Kasus Korupsi Timah
BACA JUGA:Pemda Diminta Prioritaskan Pemutakhiran Data Honorer, Jelang Seleksi PPPK 2024
Seluruh penduduk Kampung Limpatehe dan Kampung Pumpente telah dievakuasi ke tempat aman untuk menghindari bahaya erupsi dan awan panas.
Gunung Ruang, yang merupakan gunung berapi tipe strato dengan kubah lava, secara administratif terletak di Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.
Status Gunung Ruang adalah level IV (awas) dan diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berada di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.