Budi daya padi secara tradisional dengan sistem penggenangan berkontribusi pada perubahan iklim karena menghasilkan metana (CH4) dan gas-gas rumah kaca lainnya.
Modernisasi irigasi, seperti melalui penerapan irigasi berselang (intermittent) di lahan sawah, dapat mengurangi emisi dan membawa manfaat positif bagi ketahanan pangan maupun keberlanjutan lingkungan.
Ini penting bagi Indonesia dalam menangani tantangan-tantangan ketahanan pangan sembari menjaga sumber daya hayati bagi generasi masa depan.
Pentingnya sistem irigasi yang baik dan memadai di Indonesia tidak dapat dikesampingkan. Ia memainkan peran penting dalam memastikan ketahanan pangan, antara lain melalui mitigasi dampak perubahan iklim, perbaikan efisiensi penggunaan air, diversifikasi tanaman pangan, dan mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan.
BACA JUGA:Kiprah Perempuan Papua Kian Menonjol pada Era Otsus
BACA JUGA:Terobosan terkini terapi tuberkulosis
Pemerintah, petani, maupun institusi sosial petani seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) serta lembaga penelitian harus bekerja sama memperbaiki dan meningkatkan sistem irigasi yang ada dan mencegah penurunan akses dan kualitas.
Kolaborasi ini juga akan mendorong penerapan teknik hemat air, dan mengembangkan sistem irigasi yang dapat menyesuaikan dengan perubahan pola cuaca.
Selain itu juga diperlukan untuk melatih petani dalam praktik irigasi modern dan berinvestasi dalam riset untuk memperbaiki efisiensi irigasi dan mengurangi dampak lingkungan.
Tak kalah penting adalah perlunya dukungan publik maupun swasta dalam bentuk investasi fisik seperti infrastruktur, serta penguatan sumber daya manusia dalam pengelolaan dan pemakaian air untuk mendorong keberhasilan implementasi pengelolaan irigasi modern.
Dukungan negara dalam hal ini seharusnya tidak terbatas pada penyediaan intervensi secara langsung, seperti rehabilitasi jaringan irigasi maupun pelatihan. Negara juga dapat berperan dalam merangkul pihak swasta dan memetakan kebutuhan irigasi yang dapat dipenuhi oleh pasar.(*)
*) Oleh Aditya Alta, Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS)