Dengan pengelolaan aliran air serta drainase yang efisien, sistem-sistem irigasi dapat mengurangi risiko penggenangan serta erosi tanah yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen.
Semakin sering kita saksikan belakangan ini betapa perubahan iklim dan banjir yang diakibatkan, membawa dampak yang sangat merugikan pada pertanian dan produksi pangan di beberapa daerah di Pulau Jawa.
Pulau Jawa juga masih menopang produksi pangan dengan menghasilkan lebih dari setengah produksi komoditas pangan utama seperti padi, jagung, dan kedelai, serta sayuran seperti cabai dan bawang.
Sistem irigasi yang baik juga dapat memperbaiki efisiensi penggunaan air di Indonesia di mana kompetisi penggunaan air meningkat seiring lajunya pertumbuhan penduduk yang cepat, urbanisasi, serta industrialisasi.
Air juga dapat memicu konflik bila tidak dikelola dengan baik, terutama bila tidak terdapat keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan.
BACA JUGA:Jurus Menjawab Darurat Pangan
BACA JUGA:Menjaga Ketersediaan Energi untuk Hari Kemenangan
Dengan menerapkan teknik-teknik irigasi modern seperti irigasi tetes (drip irrigation), irigasi sprinkler, subirigasi dan hidroponik, para petani dapat mengoptimalkan penggunaan air dan menekan pemborosan air.
Ini tidak saja akan melestarikan sumber daya air yang ada tetapi juga meningkatkan produktivitas tanaman dan pendapatan petani, sehingga pada jangka panjangnya juga berkontribusi pada ketahanan pangan.
Sistem irigasi juga dapat membantu diversifikasi produksi tanaman di Indonesia karena dengan pasokan air yang dapat diandalkan, petani dapat menanam lebih banyak ragam tanaman.
Diversifikasi budidaya ini tidak saja meningkatkan pendapatan petani tetapi juga memperbaiki ketahanan pangan dengan memastikan diet yang lebih beragam dan bergizi.
Sebuah aspek penting lainnya dari sistem irigasi yang baik adalah perannya dalam mendorong praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan.
Dengan teknik-teknik hemat air serta metode irigasi ramah lingkungan, seperti penggunaan air yang didaur ulang atau sumber-sumber air alami seperti hujan, petani dapat mengurangi dampak pada lingkungan serta menciptakan sistem produksi pangan yang lebih berkelanjutan.
BACA JUGA:Membangun Embung untuk Pertanian Produktif dan Kesejahteraan Petani
BACA JUGA:Kiprah PNM Menjaga Denyut Usaha Ultra Mikro Tanah Air
Sektor pertanian berkontribusi 13 persen dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia.