BACA JUGA:Menanti Pembangunan Simbol Kemajuan Indonesia Pada 2045
Kepala Desa Sungai Utik, Raymundus Remang, pun berkisah bahwa pada pemilu kepala daerah (pilkada) 2015, warga Sungai Utik menyurati Bupati Kapuas Hulu dan menyatakan mereka tidak akan terlibat dalam pilkada.
Keputusan warga itu bukan tanpa alasan. Kondisi infrastruktur dasar, terutama penerangan yang disediakan Pemerintah kala itu, belum dinikmati warga Sungai Utik.
Sebelum tahun 2016, mereka menggunakan penerangan seadanya yang kurang mampu mendukung aktivitas belajar bagi anak-anak terutama pada malam hari.
Sejak 1996 masyarakat Sungai Utik sudah mengajukan usulan pembangunan jaringan penerangan ke Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, namun hingga 2015 belum juga dipenuhi.
Setelah menyampaikan surat pernyataan itu, pemerintah daerah pun merespons aspirasi warga Sungai Utik dan warga pun mencabut keputusan mereka. Akhirnya warga ikut memilih kepala daerah Kabupaten Kapuas Hulu pada Desember 2015.
“Kami baru menikmati penerangan tahun 2016. Meskipun listrik belum menyala 24 jam, itu sudah cukup membantu anak-anak belajar dan ibu-ibu menganyam serta menenun pada malam hari,” kata Remang.
Untuk infrastruktur jalan, Sungai Utik termasuk beruntung karena dusun itu dilintasi jalan beraspal yang biasa disebut jalan lintas utara yang menghubungkan Kalbar dengan Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau.
Lewat jalan lintas utara ini, perjalanan dari ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau, menuju Dusun Sungai Utik dapat ditempuh 1 jam menggunakan kendaraan roda empat.
BACA JUGA:Tantangan Pengiriman Logistik Pemilu jadi Penyemangat KPU Papua
BACA JUGA:Mewujudkan Penyandang Disabilitas Berdaya Saing Melalui Cafebilitas
Peduli lingkungan
Sungai Utik dihuni masyarakat adat Dayak Iban, komunitas yang tetap konsisten menjaga alam, budaya dan wilayah adatnya.
Tuai Rumah Panjang atau Ketua Adat Dayak Iban Sungai Utik, Bandi, atau lebih dikenal dengan Apay Janggut, yang turut menyalurkan hak suaranya, berpesan kepada presiden terpilih untuk lebih peduli lingkungan.
“Siapa pun presiden terpilih nanti harus peduli lingkungan karena kita tidak bisa hidup tanpa air bersih. Udara yang sehat dihasilkan dari hutan yang baik,” kata Apay Janggut usai mencoblos.
Ia berpesan kepada pemimpin negara dan anggota legislatif terpilih agar menerbitkan peraturan dan perundang-undangan yang memihak lingkungan.