Fenomena Content Creator di Media Sosial, Kamu Harus Baca! (Analisis Sosiologis Teori Pierre Bourdieu)

Senin 20 Jan 2025 - 22:33 WIB
Oleh: Ares Faujian

DALAM dekade terakhir, kemunculan kreator konten atau content creator di media sosial telah menjadi salah satu fenomena paling mencolok di era digital. Misalnya eksisnya Raffi Ahmad, Deddy Corbuzier, Irfan Hakim, dan Baim Wong sebagai content creator di media sosial, yang pada awalnya kita akrab dengan mereka sebagai figur publik di TV.

Mereka mampu menarik perhatian publik dengan konten kreatif dan kekinian, sehingga kini mereka memiliki pengaruh yang sangat besar di era digital. Ihwal ini bukan hanya dalam ranah hiburan, tetapi juga menyebar pada ranah politik, ekonomi, pendidikan, hingga kebudayaan. Termasuk juga melahirkan para conten creator atau influencer baru di media sosial, yang bisa kita saksikan di jalan-jalan, tempat makan, hingga kamar pribadi.

Dari video tutorial hingga ulasan produk atau lokasi tertentu, para content creator ini membangun identitas mereka di platform seperti Instagram, Twitter (X), YouTube, hingga TikTok. Tetapi, bagaimana kita memahami mereka dari perspektif sosiologis? Kali ini, penulis akan menggunakan salah satu teori sosial kontemporer untuk membedah fenomena sosial di era digital ini, yakni teori habitus dari Pierre Bourdieu.

Pierre Bourdieu adalah seorang sosiolog Prancis yang sangat berpengaruh dalam bidang sosiologi modern. Dia dikenal karena kontribusinya yang luas dalam berbagai topik seperti budaya, pendidikan, seni, politik, kelas sosial, hingga kekuasaan. Bourdieu mengembangkan konsep-konsep penting seperti habitus, capital (modal) dan field (lapangan/ arena), yang digunakan untuk memahami hierarki sosial, hubungan dominasi, dan perbedaan kelas (Lago, 2015). 

BACA JUGA: Inspirasi Kota Hijau di Tengah Panasnya Gurun Pasir

Teori Habitus Pierre Bourdieu

Wagner & Mclaughlin (2015) dalam kajiannya tentang “Politicising the psychology of social class: The relevance of Pierre Bourdieu’s habitus for psychological research” menyebutkan bahwa teori habitus Bourdieu adalah konsep yang menjelaskan bagaimana struktur sosial dan budaya memengaruhi tindakan individu melalui pembentukan disposisi yang tahan lama. Habitus menggambarkan bagaimana individu menginternalisasi struktur sosial, sehingga "luar" menjadi "dalam".

Dalam teori sosiologi Pierre Bourdieu, habitus merujuk pada serangkaian disposisi yang terbentuk melalui pengalaman sosial dan budaya individu. Habitus bukanlah sesuatu yang secara sadar dimiliki oleh seseorang, melainkan pola-pola kebiasaan, pemikiran, dan tindakan yang secara tidak sadar dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Dalam hal ini, Bourdieu juga memperkenalkan konsep/ bentuk modal (capital), seperti sosial, budaya, ekonomi dan simbolik (Sharma, 2024), yang mana menjadi sumber daya individu dalam berinteraksi di berbagai ranah kehidupan.

Dalam konteks media sosial, habitus memengaruhi bagaimana seseorang menciptakan dan mengonsumsi konten. Content creator yang sukses tidak hanya mengandalkan eksistensi dan kreativitas, namun jua kemampuan untuk memahami ”bahasa dan permainan” di platform (media sosial). Mereka memanfaatkan habitus digital, yaitu pola kebiasaan dan pengetahuan yang dibentuk oleh interaksi dengan teknologi dan media sosial.

Modal dan Kesuksesan Content Creator

Untuk memahami mengapa beberapa content creator berhasil sementara ada yang tidak, kita harus melihat bagaimana modal yang dapat mereka optimalkan. Modal sosial, modal budaya, modal ekonomi, dan modal simbolik ini bekerja dalam ekosistem media sosial.

Pertama, modal Sosial. Modal sosial merujuk pada jaringan koneksi dan hubungan yang dimiliki oleh seorang individu. Content creator yang sukses cenderung memiliki jaringan yang luas, baik dengan sesama kreator, komunitas, maupun pengikut mereka. 

BACA JUGA:Uji Nyata Kementerian Baru, dari Harapan ke Realisasi

Kolaborasi dengan kreator lain dapat meningkatkan eksposur dan jumlah pengikut. Contoh nyata adalah kolaborasi antara YouTuber Atta Halilintar dengan berbagai artis, gamers, hingga tokoh terkenal lainnya, yang akhirnya berhasil memperluas jangkauan pengikut mereka.

Kedua, modal budaya. Modal budaya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan selera yang diakui oleh masyarakat sebagai bernilai. Dalam dunia media sosial, modal budaya bisa berupa kemampuan teknis seperti pengeditan video, kepekaan estetika, atau pemahaman tentang tren budaya pop. Content creator yang memahami kebutuhan warganet dan mampu menyesuaikan kontennya dengan tren terkini cenderung lebih berhasil.

Kategori :