BELITONGEKSPRES.COM - Nama Agus Buntung (21), pria penyandang disabilitas terus menjadi perbincangan hangat di jagad maya setelah menjadi tersangka kasus pelecehan seksual.
Kabar terbaru jumlah wanita korban pelecehan seksual yang melaporkan pria disabilitas asal Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut bertambah menjadi 19 orang.
Tapi, sebenarnya, bagaimana mahasiswa semester 7 Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram itu, mendekati para korbannya hingga berhasil melancarkan aksinya?
Dalam rekonstruksi kasus yang digelar Polda NTB, Rabu 11 Desember 2024, terungkap bagaimana I Wayan Agus Suartama atau Buntung, mendekati korban di lokasi seperti taman-taman umum di Kota Mataram.
BACA JUGA: Agus Buntung Tersangka Kasus Pelecehan: Fakta Mengejutkan di Balik 15 Korban Wanita
Awalnya, Agus Buntung terlihat seperti orang biasa yang memulai obrolan santai. Salah satu korban, berinisial MAP, didatangi Agus saat sedang duduk sendiri di Taman Udayana.
Agus Buntung menggunakan pendekatan emosional dengan menunjukkan kondisinya sebagai penyandang disabilitas kepada wanita calon korban yang sebagian masih di bawah umur.
Taktik ini membuat korban merasa iba, sehingga mereka mulai membuka diri. Dari situlah Agus menggali informasi pribadi yang sensitif, yang kemudian digunakannya sebagai alat manipulasi.
Dalam salah satu adegan rekonstruksi, Agus memperlihatkan bagaimana ia mengajak korban ke sebuah homestay di Jalan Dr. Soetomo. Dengan berbagai bujuk rayu, termasuk membagi biaya sewa kamar, Agus membuat korban merasa seolah semuanya normal.
BACA JUGA:Mensos Berencana Jadi Mediator Kisruh Donasi antara Agus Salim dan Pratiwi Novianti
Menurut salah satu korban yang sempat berbicara di podcast Deddy Corbuzier baru-baru ini, Agus yang tidak memiliki kedua tangan itu selalu memainkan skenario serupa.
Ia mendekati korban yang tampak sendirian di tempat umum, membangun kepercayaan dengan berbagi cerita tentang kesulitan hidupnya, lalu mulai masuk ke ranah manipulasi psikologis.
Dari cerita tersebut, Agus sering kali berhasil membuat korban percaya hingga menceritakan hal-hal yang seharusnya bersifat pribadi. Data ini kemudian dipakai Agus untuk mengontrol korban, yang beberapa di antaranya adalah anak di bawah umur.
Hingga kini, kabar terbaru totalnya sudah ada 19 korban, termasuk mahasiswi dan anak-anak, yang melaporkan Agus atas dugaan pelecehan seksual. Kasus ini menjadi pengingat penting untuk selalu waspada terhadap siapa pun, meskipun terlihat tidak berbahaya.