Bukan Gelombang Panas, Ini Penyebab Suhu Udara Tinggi di Bangka Belitung

Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Mikron Antariksa --

PANGKALPINANG, BELITONGEKSPRES.COM - Suhu udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) baru-baru ini mencapai titik tertinggi hingga 37 derajat Celsius bukan disebabkan oleh gelombang panas yang melanda Asia Tenggara.

Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Mikron Antariksa menegaskan, bahwa Babel tidak tergolong dalam daerah yang terkena dampak gelombang panas, sebagaimana yang terjadi di Myanmar dengan suhu mencapai 48 derajat Celsius, atau Thailand dengan suhu mencapai 46 derajat Celsius.

Menurut Mikron Antariksa, kenaikan suhu udara di Bangka Belitung belakangan ini disebabkan oleh pergerakan semu matahari yang menyebabkan suhu udara di daerah tersebut meningkat secara signifikan.

"Kami ingin menekankan bahwa kenaikan suhu udara di Babel bukanlah akibat dari gelombang panas, melainkan karena adanya pergerakan semu matahari," ungkap Mikron Antariksa, Sabtu, 11 Mei 2024.

BACA JUGA:Tips Merawat Kulit Wajah saat Cuaca Panas, Salah Satunya Gunakan Masker Wajah

Namun, permasalahan muncul ketika masyarakat dihadapkan pada berita palsu yang beredar di media massa dan media sosial. Berita menyebutkan bahwa kenaikan suhu udara di Indonesia, khususnya di Babel, disebabkan oleh gelombang panas seperti yang terjadi di Thailand dan Myanmar.

"Berita-berita yang beredar di media sosial tersebut menyebutkan bahwa kenaikan suhu udara di Indonesia, terutama di Bangka Belitung, disebabkan oleh gelombang panas, padahal kenyataannya adalah karena pergerakan semu matahari," jelasnya.

Menghadapi cuaca panas di Kepulauan Babel yang mencapai 37 derajat Celsius, BPBD memberikan beberapa tips kepada masyarakat untuk mengantisipasi dampaknya.

Tips tersebut antara lain adalah menghindari dehidrasi dengan minum air dalam jumlah yang cukup dan tidak menunggu sampai merasa haus.

BACA JUGA:Terjadi Cuaca Panas Terik di Indonesia, Kepala BMKG Ungkap Penyebabnya

Kemudian disarankan untuk menghindari minuman berenergi, berkafein, alkohol, dan minuman manis, serta untuk menghindari kontak langsung dengan sinar matahari dengan menggunakan payung atau pelindung kepala. Memakai pakaian berbahan ringan dan longgar juga dapat membantu.

Selanjutnya, disarankan untuk menghindari penggunaan pakaian berwarna gelap yang dapat menyerap panas matahari, serta berusaha untuk mencari teduh selama periode paling panas, terutama antara pukul 11:00 dan 15:00 WIB.

Selain itu, penting juga untuk tidak meninggalkan siapapun di dalam mobil yang terparkir, baik dengan jendela terbuka maupun tertutup. Penggunaan tabir surya pada bagian kulit yang terbuka dan menyediakan botol semprot air dingin untuk menyegarkan muka dan bagian tubuh yang terpapar sinar matahari juga disarankan. Lebih baik beraktivitas di dalam ruangan jika memungkinkan.

Masyarakat juga diimbau untuk waspada terhadap gejala-gejala yang muncul akibat suhu udara yang tinggi. Seperti berkeringat berlebihan, kulit terasa panas dan kering, jantung berdebar lebih cepat dari biasanya, kulit terlihat pucat, kram pada kaki, mual, muntah, pusing, dan urine yang sedikit dan berwarna kuning pekat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan