Hilirisasi Pangan dan Minerba Pacu Pertumbuhan Ekonomi

Foto udara truk muatan kelapa sawit antre memasuki pabrik Permata Bunda di Pematang Panggang, Mesuji, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (17/7/2023). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/nym.--

JAKARTA - Demi menjadi negara maju pada tahun 2045, Indonesia perlu mencatatkan pertumbuhan ekonomi minimal rata-rata 6-7 persen per tahun. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia terus mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui hilirisasi pangan serta mineral dan batu bara atau minerba.

Hilirisasi merupakan upaya untuk mengolah bahan baku atau komoditas menjadi produk bernilai tambah tinggi. Alhasil, komoditas tidak lagi dijual sebatas bahan mentah, namun bisa menjadi produk setengah jadi ataupun produk jadi yang menghasilkan nilai tambah tinggi.

Hilirisasi pangan saat ini menyasar tujuh komoditas utama, yakni beras, aneka cabai, bawang, perikanan, gula, crude palm oil (CPO) dan rumput laut. Sementara, hilirisasi minerba berfokus pada logam-logam utama Indonesia seperti nikel, bauksit, tembaga, dan timah.

Melalui hilirisasi, komoditas dalam negeri diolah menjadi produk bernilai jual lebih tinggi dan berorientasi ekspor sehingga dapat memberikan pendapatan lebih tinggi bagi perekonomian Indonesia.

BACA JUGA:Makan Gratis tanpa Berpikir Kritis

BACA JUGA:Melestarikan Bahasa Ibu sebagai warisan budaya

Tidak hanya untuk meningkatkan nilai tambah dan produktivitas, hilirisasi pangan dan minerba juga mendorong pertumbuhan dan menciptakan ekonomi yang makin inklusif melalui penambahan penyerapan tenaga kerja.

Indonesia pun makin giat melakukan hilirisasi pangan dan minerba pada pemerintahan Presiden Joko Widodo. Produk bernilai tambah Indonesia diharapkan dapat kian merambah dunia ekspor dan pasar global, sekaligus mendominasi pasar domestik.

Melalui konsistensi hilirisasi, Indonesia kelak dapat mencapai cita-citanya menjadi negara maju dengan produk domestik bruto (PDB) pada 2045 pada angka 9--11 triliun dolar AS. Pendapatan per kapita Indonesia juga ditarget bisa berada pada kisaran 21.000 dolar AS hingga 29.000 dolar AS.

Dengan demikian, hilirisasi yang dilakukan secara konsisten dapat menjadi modal untuk meninggalkan posisi negara berpendapatan menengah menjadi negara maju.

Menurut Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, hilirisasi industri akan meningkatkan nilai ekspor asalkan nilai tambah produk yang diekspor bisa dinikmati lebih banyak untuk Indonesia.

Hilirisasi bakal mendorong peningkatan signifikan pada ekspor sehingga menghasilkan penerimaan negara lebih banyak.

BACA JUGA:Asa masyarakat untuk Ibu Kota Nusantara

BACA JUGA:Mereguk Manisnya Nira Sambil Menjaga Gunung Palung

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan