Syuting Film Religi Pengin Hijrah Ditutup di Belitung, Simak Sinopsisnya
Sutradara Film Pengin Hijrah Jastis Arimba dan Produser film Pengin Hijrah, Rendy Gunawan-Dodi Pratama/BE-
TANJUNGPANDAN, BELITONGEKSPRES.COM – Produksi film drama religi berjudul Pengin Hijrah resmi berakhir di Kabupaten Belitung, menjadi lokasi penutup syuting setelah melewati berbagai tempat.
Film ini diproduksi oleh Sinemata Buana Kreasindo (SKBK) berkolaborasi dengan Multi Buana Kreasindo (MBK) Productions dan Sinemata, serta diyakini akan menarik perhatian para penggemar film Indonesia.
Diadaptasi dari novel berjudul sama, Pengin Hijrah memulai proses syutingnya di Uzbekistan pada 13 November 2024. Uzbekistan, negara pecahan Uni Soviet, menjadi lokasi pertama dari tiga tempat syuting utama, disusul Bogor dan Belitung.
Produksi berlangsung selama 23 hari, dimulai di Uzbekistan selama 10 hari, dilanjutkan dengan 10 hari syuting di Bogor, dan ditutup di Kabupaten Belitung selama 3 hari.
BACA JUGA:Anak Belitung Jadi Karakter Utama di Film Pengin Hijrah, Siap Tayang di 2025
Tokoh Utama Asal Belitung
Karakter utama film ini, Alina, diperankan oleh Steffi Zamora, seorang selebgram berusia 24 tahun yang juga digambarkan sebagai anak asli Belitung.
Dalam cerita, Alina harus menghadapi berbagai konflik dalam hidupnya, mulai dari masalah keluarga hingga perjuangan menemukan makna hijrah yang sebenarnya.
Perjalanan Pahit Menuju Hijrah
Kehidupan Alina yang semula penuh harapan berubah drastis akibat masalah rumah tangga ibunya dan ayah tirinya. Konflik tersebut memicu munculnya penagih utang yang terus memburunya.
Situasi semakin rumit ketika Joe, kekasih sekaligus admin media sosial Alina, membuat masalah besar dengan memposting foto vulgar Alina mengenakan jaket almamater.
BACA JUGA:Polres Belitung Kembali Bongkar Kasus Narkoba, 2 Pelaku Diringkus
Insiden itu membuat kampus mencabut beasiswa Alina. Kehidupan akademiknya hancur, dan kepercayaannya terhadap orang-orang di sekitarnya semakin menipis.
Omar, seorang pria tampan yang berusaha mendekatinya, dianggap Alina tidak berbeda dari pria-pria brengsek lainnya.