Ekonom Soroti Dampak Kemenangan Trump di Pilpres AS Terhadap Rupiah dan Ekonomi Indonesia
Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik Donald Trump menyampaikan pidato di Palm Beach County Convention Center, West Palm Beach, Florida, Amerika Serikat, Rabu (6/11/2024). Trump deklarasikan kemenangannya atas Kamala Harris dalam Pemilu AS.-REUTERS/Brendan Mcdermid/rwa.- ANTARA FOT
BELITONGEKSPRES.COM - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyoroti bahwa kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS 2024 dapat membawa dampak signifikan bagi nilai tukar rupiah dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Trump, yang berhasil memperoleh 293 suara elektoral, dikabarkan akan kembali ke Gedung Putih, mengalahkan Kamala Harris dengan persentase suara pemilih 50,9 persen dibandingkan 47,6 persen untuk Harris, menurut data terbaru dari Fox News dan Associated Press (AP).
Josua menjelaskan bahwa kebijakan ekonomi Trump yang cenderung pro-pertumbuhan, termasuk penguatan sektor industri dalam negeri dan pemotongan pajak, kemungkinan besar akan meningkatkan permintaan terhadap dolar AS.
Kenaikan permintaan ini diproyeksikan dapat menekan nilai rupiah dan berpotensi menambah beban impor Indonesia akibat depresiasi nilai tukar. Kenaikan biaya impor ini bisa memicu inflasi yang berasal dari harga barang-barang impor yang lebih tinggi, atau dikenal sebagai imported inflation.
BACA JUGA:Perluas Konektivitas, Garuda Indonesia Buka 2 Rute Baru dari dan Menuju IKN
BACA JUGA:Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja, Menaker Yassierli Pastikan UMP 2025 Akan Naik
Menurut Josua, Bank Indonesia mungkin harus melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah jika terjadi volatilitas yang signifikan. Langkah ini dapat membatasi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-rate, yang kemudian dapat berimbas pada meningkatnya biaya pinjaman untuk dunia usaha dan masyarakat.
Selain itu, kemenangan Trump juga bisa mempengaruhi pasar obligasi global. Imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi di bawah pemerintahan Trump kemungkinan akan membuat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia menjadi lebih kompetitif.
Hal ini berarti pemerintah Indonesia mungkin perlu menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi agar SBN tetap menarik bagi investor asing.
Kondisi ini dapat meningkatkan biaya utang luar negeri dan mengurangi fleksibilitas fiskal, terutama mengingat jumlah utang yang akan jatuh tempo dalam dua tahun mendatang.
BACA JUGA:Bertemu PM Singapura, Wapres Gibran Bahas Hilirisasi Nikel untuk Ekonomi Indonesia
BACA JUGA:Ekonom Sebut Pemutihan Utang UMKM Berpotensi Turunkan Kemiskinan yang Tercatat 9,03 Persen
Di sektor perdagangan, Josua menilai bahwa kebijakan proteksionis Trump, terutama terhadap China, dapat berdampak pada Indonesia.
Jika kebijakan tarif AS diperluas ke negara-negara Asia, Indonesia mungkin akan terdampak, terutama dalam hal daya saing produk ekspor di pasar internasional.