Hendrya Sylpana

Mengarusutamakan Kesetaraan Gender untuk Ekonomi Berkelanjutan

Ilustrasi. Istimewa--

BACA JUGA:Memaknai Sekolah Berkualitas

Kedua, mendorong keputusan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Perempuan cenderung memiliki pendekatan holistik dalam pengambilan keputusan ekonomi, menggabungkan pertimbangan sosial, lingkungan, dan ekonomi dalam setiap langkah strategis mereka.

Dalam bisnis, perempuan sering kali memprioritaskan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi mereka. Misalnya, perempuan pengusaha di sektor ekonomi kreatif dan sosial sering kali menggunakan bahan baku daur ulang, mengembangkan produk ramah lingkungan, atau membangun model bisnis yang memperhatikan kesejahteraan komunitas sekitar.

Menurut laporan GreenBiz 2023, perempuan pengusaha semakin mendominasi bidang keberlanjutan dengan mencapai 58 persen eksekutif keberlanjutan di perusahaan-perusahaan besar adalah perempuan. Dengan mendukung perempuan di sektor ini, Pemerintah dapat memperkuat ekonomi hijau yang lebih inklusif.

Perempuan yang terlibat dalam wirausaha hijau tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga menciptakan nilai sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Mereka menjadi pemimpin dalam menggerakkan transformasi ekonomi dari sektor informal ke sektor yang lebih terorganisir dan berkelanjutan, menciptakan rantai nilai yang memperkuat ekosistem ekonomi lokal sekaligus meminimalkan dampak lingkungan.

BACA JUGA:Mewujudkan Swasembada Pangan

Ketiga, perempuan sebagai agen perubahan di tingkat komunitas. Perempuan memiliki pengaruh besar dalam menggerakkan perubahan sosial di tingkat komunitas, baik melalui peran mereka dalam keluarga maupun komunitas yang lebih luas. Mereka sering menjadi tokoh kunci dalam inisiatif lokal, seperti program pengelolaan sampah, konservasi air, atau proyek edukasi lingkungan.

Keterlibatan perempuan dalam program-program ini tidak hanya memastikan implementasi yang lebih efektif, tetapi juga mempercepat adopsi praktik hijau dan keberlanjutan di tingkat akar rumput.

OECD dalam laporannya DAC Guiding Principles for Aid Effectiveness, Gender Equality and Women's Empowerment menunjukkan perempuan menginvestasikan hingga 90 persen dari penghasilan mereka kembali ke keluarga dan komunitas mereka, dibandingkan dengan pria yang hanya menginvestasikan 30–40 persen pendapatannya.

Perempuan juga dapat memainkan peran kunci dalam mengedukasi masyarakat tentang penghematan energi, penggunaan energi terbarukan, dan konservasi air di tingkat rumah tangga. Ketika perempuan diberdayakan sebagai pemimpin hijau di komunitas, mereka membawa perubahan yang berdampak luas, memastikan bahwa ekonomi hijau diterapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

BACA JUGA:RISK STUDENTS

Mendorong keterlibatan perempuan

Perempuan memiliki peran krusial dalam mendorong ekonomi berkelanjutan.

Perempuan yang sudah berada di posisi strategis memiliki peluang besar untuk menjadi katalisator perubahan yang berkelanjutan dan inklusif. Untuk mewujudkan potensi ini, Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan ekonomi hijau tidak hanya dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tetapi juga mencerminkan prinsip kesetaraan gender.

Menurut laporan UNDP, jika tren ekonomi hijau yang dilangsungkan secara inklusif melibatkan perempuan terus berlanjut maka pada tahun 2050 penggunaan sumber daya alam per kapita secara global akan meningkat sebesar 70 persen.

Demi memperkuat peran perempuan, langkah-langkah yang diambil harus sistematis dan menyeluruh, mencakup semua aspek dari pendidikan hingga pembiayaan usaha hijau. Melalui pendekatan yang strategis dan terintegrasi, perempuan dapat didorong untuk mengambil peran utama dalam transformasi ekonomi hijau Indonesia, menjadikan mereka agen perubahan di tingkat komunitas dan nasional.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan