Kolaborasi Menuju Transisi Energi

Peserta merekam dengan gawai saat mengikuti Indonesia International Sustainability Forum 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (6/9/2024). ISF 2024 yang mengangkat tema Towards Sustainable and Inclusive Growth itu dihadiri sekit--

Senior Vice President Renewables Total Energies, Olivier Jouny, mengatakan bahwa proyek ini merupakan bagian dari upaya menyediakan listrik bersih dan berkelanjutan, yang menggabungkan teknologi tenaga surya dan sistem penyimpanan baterai.

Global Head of Renewable Energy RGE, William Goh, menyatakan bahwa proyek ini merupakan win-win solution bagi Indonesia dan Singapura. Proyek ini diyakini dapat membantu kedua negara mengurangi emisi karbon dan mencapai target energi bersih. Selain itu, proyek ini juga akan mendorong pengembangan industri energi surya di Indonesia serta menciptakan lapangan kerja baru.

Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng mengatakan kolaborasi antarnegara menjadi kunci untuk mencapai dekarbonisasi.

BACA JUGA:Pentingnya Kearifan dalam Kampanye Pilkada Era Digital

Diakui bahwa impor listrik dari negara tetangga merupakan langkah strategis bagi Singapura dalam upaya dekarbonisasi dan mencapai target netralitas karbon pada tahun 2050. Untuk mendukung transisi energi ini, Singapura telah menetapkan target peningkatan impor listrik dari 4 GW menjadi 6 GW pada 2035.

Selain itu, kerja sama perdagangan listrik antara Indonesia dan Singapura disebut akan membawa keuntungan bagi kedua negara. Selain memasok listrik ke Singapura, proyek ini diyakini dapat mendorong pertumbuhan industri energi terbarukan di Indonesia, seperti produksi baterai dan panel surya.

“Pendapatan dari ekspor listrik dapat digunakan untuk mempercepat proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia guna mempercepat dekarbonisasi Indonesia,” ucap Tan.

CEO Energy Market Authority (EMA) Singapura Puah Kok Keong menyatakan bahwa agar dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan, Singapura perlu berkolaborasi dengan negara-negara tetangga untuk mengembangkan proyek-proyek energi terbarukan berskala besar, kemudian mengimpor listrik yang dihasilkan ke Singapura.

BACA JUGA:Melihat Transisi Energi di China Bagian Timur

Kerja sama dengan negara lain dianggap menjadi solusi yang tepat dalam mencapai target emisi nol. Pasalnya, Singapura memiliki kondisi geografis yang tidak mendukung pengembangan energi surya, hidro, dan angin skala besar, sehingga akan sangat mengandalkan impor listrik dari negara tetangga.

Sementara itu, Luhut meyakini bahwa kemitraan Indonesia dan Singapura ini akan sangat menguntungkan bagi kedua negara. Bagi Singapura, mereka akan mendapatkan pasokan listrik bersih yang stabil dari Indonesia melalui panel surya dan baterai yang diproduksi di Indonesia.

Sebaliknya bagi Indonesia, ini akan membuat posisi Indonesia semakin kuat di pasar energi global dengan memanfaatkan potensi sumber daya alamnya, terutama silika yang melimpah untuk mengembangkan industri panel surya dalam negeri.

Keberhasilan transisi energi membutuhkan kolaborasi yang kuat antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil, serta antara negara maju dan berkembang. Kemauan kolektif dan kepemimpinan kolaboratif menjadi kunci dalam mencapai emisi nol bersih yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris.

Namun, perlu diingat juga bahwa dukungan pendanaan yang signifikan, terutama dari investasi asing langsung, menjadi prasyarat mutlak dalam transisi energi. (ant)

Oleh Shofi Ayudiana

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan