Perjuangan Era Modern: Mencintai Indonesia dengan Segala Cara
Semua dari kita bisa berkontribusi untuk bersama mewujudkan Indonesia mulia, lebih dari sekadar merdeka--(ANTARA/Sizuka)
Pendiri pergerakan Budi Utomo itu mencita-citakan terwujudnya Indonesia mulia, yaitu bangsa yang bermartabat, berpendidikan, sehat dan sejahtera. Sebuah angan-angan yang melampaui zaman, karena, kala itu, untuk bisa merdeka saja masih mimpi.
Jadi pahlawan
Jangan bersedih karena anda bukan orang sehebat Soetomo, Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo dan bung-bung yang lain atau RA Kartini, Cut Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, Laksamana Malahayati, serta sederet pemberani lainnya.
Kesempatan menjadi pahlawan bukan hanya terbuka selama masa penjajahan fisik, seperti zaman pendudukan Belanda dan Jepang. Di setiap zaman melahirkan tantangan besar yang mengundang para anak bangsa untuk menghadapi dan menaklukkannya.
Peperangan tidak otomatis hilang, usai duo Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan. Terkini, perang apa saja yang tengah kita hadapi? Perang terberat saat ini adalah melawan korupsi dan judi, dua penyakit yang sama-sama akut, hingga merusak sendi-sendi kehidupan.
Selainnya, ada tantangan tersendiri dalam melindungi seni budaya dan beragam barang produksi dalam negeri. Menangi beragam peperangan itu sesuai kapasitas dan kompetensi yang kita miliki. Dari situ kita berpeluang menjadi pahlawan.
BACA JUGA:Upacara di IKN, Presiden Jokowi Kenakan Baju Adat Kustin Asal Kutai Kalimantan Timur
Untuk menjadi pahlawan memang harus mampu melakukan hal hebat yang luar biasa, tetapi tidak perlu mengkhayal sesuatu yang di luar jangkauan. Semisal, bila kita warga masyarakat biasa tidak harus bisa menangkap koruptor atau bandar judi kelas kakap, biarlah itu menjadi tugas aparat penegak hukum.
Menjadi pahlawan, secara sederhana mungkin dapat digambarkan seperti ini. Apa yang menjadi tugas, pekerjaan atau hobi kita, lakukan sehebat mungkin melampaui apa yang orang-orang pada umumnya mampu lakukan. Kata "melampaui" perlu digarisbawahi, karena jika kemampuan kita hanya seperti rata-rata orang lain, berarti kita biasa saja dan tidak ada yang istimewa.
Contoh Slamet Riyadi, guru Matematika SMP Negeri 4 Tengaran Satu Atap, Salatiga, Jawa Tengah, yang mengharumkan nama bangsa karena berhasil terpilih mengikuti program Honeywell for Educators at Space Academy (HESA).
Ia bersama enam guru terpilih lainnya dikirim ke Space Academy, akademi antariksa di Hunstville, Alabama, AS. Mereka menjalani pelatihan ilmu STEM (Sains Technology Engineering/Teknik, Matematika) selama sepekan dan pelatihan fisik oleh astronaut NASA dan berkesempatan melakukan simulasi layaknya astronaut sesungguhnya.
Atau dari hobi juga bisa membuka jalan untuk menjadi pahlawan. Misalnya hobi olahraga bulu tangkis, renang, senam, atau lainnya yang ditekuni dengan sungguh-sungguh sampai menjadi atlet berpretasi, dikirim ke ajang pesta olahraga dunia dan pulang memboyong medali. Dari hobi, kita mengukir prestasi dan mengharumkan nama bangsa.
BACA JUGA:Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kabupaten Beltim, Bupati Beltim Jadi Irup
Selain itu, "perubahan" menjadi kata kunci lain yang dapat mengantar kita menjadi pahlawan. Jadilah pelopor, menginisiasi sebuah gerakan yang menghasilkan perubahan besar, seperti Swietenia Puspa Lestari, pendiri Divers Clean Action (DAC) dan Yayasan Penyelam Lestari Indonesia, yang menyelamatkan ekosistem laut dari pencemaran sampah plastik.
Setelah 7 tahun berlalu, yayasan yang awalnya hanya berupa komunitas, sekarang telah memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berkat kepeloporannya, perempuan asal Bogor, Jawa Barat, lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), itu pernah masuk dalam daftar "30 Under 30" Forbes Asia tahun 2020.