Jumat, 31 Jan 2025
Network
Beranda
Terkini
Babel Raya
Belitong Raya
Beltim Raya
All Sport
Politik
Nasional
Kombis
Ekonomi
Disway
Derap Nusantara
Lainnya
Kesehatan
Life Style
Opini
Network
Beranda
Opini
Detail Artikel
Meringkik di Atas Karang
Reporter:
Reno Izhar
|
Editor:
|
Rabu , 03 Jan 2024 - 22:25
Reno Izhar--
meringkik di atas karang ketika mendengar kata “karang”, apa yang pertama kali muncul dipikiran anda? mungkin laut, ikan, keras, tajam, batu dan air yang biru. namun siapa sangka pada keberadaan karang yang luas terdapat sebuah seni yang sangat menakjubkan, salah satunya balumpa. pulau binongko, pulau terujung dari nama akronim empat pulau wakatobi (wangi-wangi, kaledupa, tomia, binongko) menjadi tempat keberadaan kesenian balumpa. binongko juga dikenal dengan sebutan kepulauan tukang besi. penyebutan kepulauan tukang besi berasal dari sebuah kampung sowa togo, dimana hampir semua mayoritas masyarakatnya merupakan pemandai besi berupa parang dan pisau. balumpa merupakah sebuah seni pertunjukan berupa tari dan musik. uniknya kesenian ini sekilas mirip dengan kesenian zapin melayu. balumpa ditarikan oleh perempuan yang berjumlah sekitar enam sampai delapan orang dan diiringi dengan musik, dimana instrumennya berupa gambusu (gambus), tiki-tiki, vokal dan ganda (gendang). sebelum jauh mengulas tentang musik balumpa, penulis akan mencoba bercerita tentang sejarah balumpa menurut beberapa narasumber yang penulis temui di lapangan. jaudin hamid merupakan pembina budaya dan sejarah di pulau binongko, selain itu beliau juga seorang penabuh ganda balumpa. jaudin mendapatkan informasi sejarah balumpa dari la ode manehanta yang merupakan seorang tokoh budaya di pulau binongko. beliau mengatakan bahwa tari balumpa diciptakan oleh kapitan waloindi yang hidup diperkirakan sekitar tahun 1500 – 1600an masehi. baca juga:aksi melek perubahan iklim fisika kuat dan siswa peduli baca juga:pilpres as: menunggu 'rematch' biden vs trump tari balumpa ditujukan untuk menghibur para punggawa kerajaan saat pulang dari peperangan atau tugas. kemudian tari balumpa terus berkembang dan selalu ditampilkan saat para tamu datang ke kerajaan waloindi. namun semenjak pengaruh penjajahan tari balumpa sudah tidak pernah ditampilkan kembali. pada tahun 1950an, la ode manehanta beserta la ode itta, wa ode tani gowa dan wa tampe mencoba memperkenalkan dan mengembangkan kembali tari balumpa. dalam segi gerakan, ada tiga jenis gerakan dasar balumpa. yang pertama adalah gerakan dasar yang disebut dengan gaya pata-pata, yang kedua merupakan gerakan inti yang disebut dengan gaya kayoa (berputar dan menjinjit) dan gerakan ketiga yang merupakan gerakan variasi tarian yang disebut gaya toro uda (maju mundur). balumpa diartikan sebagai kuda yang melompat sambil meringkik. namun jaudin mengatakan bahwa tari balumpa bisa di interpretasikan seperti gelombang. musik balumpa berbirama 4/4 dan selalu identik dengan instrumen gambusu yang berfungsi sebagai pembawa melodi dan dua pasang ganda pembawa irama atau ritme. beruntungnya penulis sempat bertemu dengan rudi yang merupakan salah satu generasi muda pemetik gambusu balumpa. penulis sempat mencatat tuning gambusu yang dimainkan oleh rudi. senar pertama c# 280hz (dobel senar), senar ke-2 g# 209 hz (dobel senar), senar ke-3 e 161 hz (dobel senar) dan senar ke-4 c# 141 hz (senar tunggal). lalu instrumen ganda dalam tari balumpa sekilas hampir mirip seperti gendang ciblon gamelan jawa maupun gendang silat melayu. ganda mempunyai dua sisi membran kulit yang diikat menggunakan senar nilon seperti gandrang makassar dan gimel suku sawang belitong. ganda mempunyai dua jenis pola tabuhan yang masing-masing tabuhan dimainkan oleh dua instrumen ganda. ganda pertama (dasar) memainkan pola tabuhan bhoati dan ganda ke-2 (variasi) memainkan pola tabuhan palari. sehingga jika dimainkan bersama akan menghasilkan pola tabuhan yang saling imbal/ mengisi (interlocking). baca juga:sederet peristiwa menonjol 2023 di mahkamah konstitusi baca juga:menerima mahasiswa internasional di bangka: peluang dan tantangannya selain kehadiran gambusu dan ganda dalam tari balumpa juga hadir sebuah instrumen yang unik bernama tiki-tiki. dulunya instrumen ini terbuat dari botol minuman dan ditabuh menggunakan sendok yang fungsinya sebagai penjaga tempo. namun karena dikatakan botol tersebut rawan pecah kemudian diganti menggunakan besi yang terbuat dari sepul speaker dan tabuhnya menggunakan bekas kunci ring. fenomena ini mengingatkan penulis terhadap salah satu penelitian dan pengarsipan dari ‘’akal-akalan warga’’ yang dipamerkan dalam pekan kebudayaan nasional (pkn) 2023 di galeri nasional jakarta tempo hari. juga tak lepas pula kehadiran vokal yang isinya adalah sebuah pantun nasihat maupun pergaulan. pantun tersebut menggunakan bahasa daerah binongko yang dinyanyikan oleh satu sampai dua orang secara bergantian. secara umum, syair pantun dalam masyarakat wakatobi disebut bhanti-bhanti atau kabhanti. keberadaan sosok tidak bertemunya dengan seorang empu memang menjadi sebuah pertanyaan saat berada di lapangan. rasanya data dan relevansi mengenai balumpa kurang terasa lengkap. keberuntungan kedua yang penulis adalah bertemunya dengan sosok empu pemetik gambusu balumpa di desa jaya makmur, kecamatan binongko, kabupaten wakatobi. desa ini berada di selatannya pulau binongko, cukup jauh dari tempat penulis menginap dan uniknya transportasi umum di pulau binongko adalah motor roda tiga (viar). la ayani (94) merupakan sosok empu gambusu dan juga penutur kabhanti. semasa muda la ayani adalah seorang pelayar. beliau mengatakan bahwa gambusu selalu hadir di dalam perahu, sehingga keterikatan dengan gambusu sudah sangat melekat dalam hidupnya. selain lihai dalam memetik gambusu, la ayani juga mahir membuat gambusu dan toba (tempat menaruh daun sirih, rokok serta uang untuk seserahan perkawinan). baca juga:peran manajemen sumber daya manusia dalam pengembangan desa wisata namang baca juga:fanatisme politik masyarakat indonesia gambusu yang dimiliki la ayani terbuat dari kayu sukun dan mempunyai tuning yang berbeda dengan gambusu milik rudi. namun memiliki jumlah dan jenis senar yang sama. tuning senar pertama d 293 hz (dobel senar), senar ke-2 a 216 hz (dobel senar), senar ke-3 d# 159 hz (dobel senar), senar ke-4 a# 58 hz (senar tunggal). sistem jarak tuning gambusu la ayani hampir mirip dengan gambusu la asiru dari pulau tomia yang juga sama-sama seorang pelayar. la ayani memainkan gambusu dengan menggunakan tangan kiri (sinitralitas), menariknya tuning dan penempatan senar gambusu la ayani tidak disesuaikan dengan posisi tangan kiri, namun tetap dengan penempatan senar yang biasa dilakukan oleh pemain gambusu yang lazim menggunakan tangan kanan. fakta menarik yang kedua adalah tempat dudukan senar (bridge) menggunakan paku dan pick terbuat dari senar nilon berukuran besar yang dipanaskan, sehingga membuat tekstur senar menjadi keras/ kaku. la ayani juga bercerita bahwa semasa dulu balumpa sering dimainkan saat masyarakat pulau binongko ingin pergi dan pulang dari berlayar. selain gambusu, keberadaan instrumen mbololo (gong) sering di bawa ke dalam perahu. mbololo dibunyikan untuk menandakan kedatangan dari sehabis berlayar. bagi masyarakat yang hidup di daratan, mbololo dibunyikan untuk menandakan sebuah peristiwa seperti kematian atau lainnya. secara semiotika, gambusu dan mbololo menjadi ruang ekspresi untuk berkomunikasi. secara geografis, pulau binongko terletak di pulau terujung dari wakatobi, pulau yang hampir menyeluruh dipenuhi dengan karang yang panas dan berangin. belum meratanya sinyal internet dan listrik mungkin menjadi alasan klasik para pemuda dan pemudi memilih untuk merantau, beradu nasib di ibu kota provinsi sulawesi tenggara, kendari. fenomena ini membuat terhambatnya siklus seni dan budaya di pulau binongko secara berkelanjutan. tentunya ini menjadi pr besar bersama untuk masyarakat, seniman, pelaku budaya maupun pemerintah setempat dan pusat. agar setidaknya, literasi yang muncul kepermukaan tidak melulu tentang ikan, biota laut, keindahan karang dan birunya lautan. (*) *) reno izhar, etnomusikolog, komposer, dan perkusionis
1
2
»
Tag
# perkusionis
# komposer
# etnomusikolog
# reno izhar
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Belitong Ekspres Edisi 4 Januari 2024
Berita Terkini
Kasus Penyelundupan Timah Ilegal, Polres Belitung Resmi Tetapkan 2 Tersangka
Belitong Raya
7 menit
Dua Guru
Disway
3 jam
Jalani Sidang Kasus Korupsi Timah, Hendry Lie Didakwa Terima Rp1,06 Triliun
Nasional
18 jam
Akibat Cuaca Buruk, KSOP Tanjungpandan Terpaksa Tunda Keberangkatan Kapal
Belitong Raya
19 jam
Cara Ampuh Mengatasi Gatal Akibat Terkena Banjir, Salah Satunya Pakai Minyak Kelapa
Kesehatan
19 jam
Berita Terpopuler
Kejari Belitung Usut Dugaan Korupsi Pabrik Sawit PT BAT, Terkait Penyalahgunaan Lahan
Belitong Raya
21 jam
Simpang Siur Pembukaan Smelter Timah di Batam, Beliadi Jelaskan Langkah Hashim Djojohadikusumo
Babel Raya
20 jam
Angkat Keindahan Batik, Siswi SMAN 1 Manggar Juarai Lomba Fashion Show HUT ke-22 Beltim
Beltim Raya
21 jam
Akibat Cuaca Buruk, KSOP Tanjungpandan Terpaksa Tunda Keberangkatan Kapal
Belitong Raya
19 jam
Bahaya Fatherless Terhadap Tumbuh Kembang Remaja
Opini
21 jam
Berita Pilihan
Kasus Penyelundupan Timah Ilegal, Polres Belitung Resmi Tetapkan 2 Tersangka
Belitong Raya
7 menit
Jalani Sidang Kasus Korupsi Timah, Hendry Lie Didakwa Terima Rp1,06 Triliun
Nasional
18 jam
Simpang Siur Pembukaan Smelter Timah di Batam, Beliadi Jelaskan Langkah Hashim Djojohadikusumo
Babel Raya
20 jam
Angkat Keindahan Batik, Siswi SMAN 1 Manggar Juarai Lomba Fashion Show HUT ke-22 Beltim
Beltim Raya
21 jam
Bahaya Fatherless Terhadap Tumbuh Kembang Remaja
Opini
21 jam