Ekonomi Indonesia Mampu Tunjukkan Kinerja Solid

Suasana bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (9/5/2024). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/YU--

India diproyeksikan tumbuh rata-rata 6,7 ​​persen per tahun fiskal dari 2024 hingga 2026 sehingga dapat mengakibatkan kawasan Asia Selatan menjadi wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Kinerja tersebut menunjukkan pertumbuhan yang tinggi tetap dapat dipertahankan, bahkan dalam kondisi sulit. Negara-negara dapat meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dengan memberlakukan kebijakan yang membangun sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi belanja publik, dan mendorong lebih banyak perempuan untuk memasuki angkatan kerja.

Tumbuh solid

Bank Dunia merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 menjadi 5 persen dari proyeksi sebelumnya 4,9 persen dengan mempertimbangkan revisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global terutama Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.

BACA JUGA:Siasat Bergaul di Jagat Tanpa Sekat

Secara khusus Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan solid karena ditopang oleh pertumbuhan kelas menengah dan kebijakan ekonomi yang cenderung ekstrahati-hati atau prudent.

Bank Dunia juga merevisi naik proyeksi pertumbuhan Indonesia pada 2025 menjadi 5,1 persen atau meningkat 0,2 persen dari proyeksi sebelumnya, sedangkan pada 2026 Indonesia diperkirakan tumbuh 5,1 persen.

Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, sektor jasa keuangan Indonesia juga terjaga stabil.

Stabilisasi sektor jasa keuangan yang tetap terjaga didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat masih tingginya tensi geopolitik, potensi meluasnya perang dagang, serta kinerja perekonomian global yang masih di bawah ekspektasi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sebesar 5,11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I-2024.

Secara perkiraan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di sebagian besar negara di kawasan Asia-Pasifik (EAP), kecuali Tiongkok—termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina—akan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi swasta yang kuat yang didukung oleh inflasi yang rendah, penurunan biaya pinjaman, dan kondisi pasar tenaga kerja yang kuat.

BACA JUGA:Tapera, Antara Niat Baik dan Beban

Menurut Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede Permatabank, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 masih akan berkisar 5 persen sampai dengan 5,1 persen sejalan dengan proyeksi Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF).

Namun demikian, masih terdapat downside risk terhadap pertumbuhan ekonomi terutama komponen konsumsi masyarakat di mana lajunya masih di bawah pertumbuhan nasional sejalan dengan potensi penurunan pendapatan riil masyarakat di tengah kenaikan biaya hidup terutama masyarakat kelas menengah.

Misalnya, implementasi tarif efektif rata-rata PPh, tren harga dari beberapa komoditas pangan yang masih tinggi, biaya pendidikan, dan terakhir wacana potongan iuran Tapera yang memengaruhi keputusan konsumen untuk menahan belanja terutama belanja barang tahan lama.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan