Nongkrong, yang Membuat Madinah Layaknya Seperti di Indonesia

Suasana di sebuah restoran yang dipenuhi jamaah calon haji Indonesia. (ANTARA/Asep Firmansyah)--

Hal lain yang membuat Madinah serasa di Indonesia adalah kehadiran para petugas haji yang berjaga, baik di sekitar hotel maupun di pelataran Masjid Nabawi.

Para petugas bersiaga 24 jam dengan pembagian sif kerja. Mengingat Masjid Nabawi memiliki luas 165.000 m2, dengan 95 pintu, dan 10 buah menara, membuat peserta haji yang tersasar mudah untuk dijumpai.

Di sinilah peran petugas membantu jamaah, baik mengantarkan ke hotelnya masing-masing, memijat kaki, memberi pertolongan apabila sakit, hingga menemukan kembali rombongan yang terpisah.

Mungkin hanya Indonesia saja yang memiliki petugas haji dengan jumlah besar. Mengingat Indonesia memiliki jumlah peserta haji yang paling banyak serta latar belakang dan usia yang beragam, sulit rasanya jika tidak dibantu oleh petugas haji.

Dengan banyaknya petugas haji, kendala bahasa bukan menjadi kendala lagi, apalagi tak sedikit petugas haji yang memang mukimin (tinggal di Arab untuk belajar dan bekerja).

BACA JUGA:Perempuan Penjaga Harmonisasi Alam dari Dayak Iban

Dengan demikian, saat jamaah membutuhkan sesuatu atau terjerat suatu masalah, petugas haji siap siaga membantu mereka. Untuk mencari petugas haji di Nabawi pun tidaklah sulit. Rompi khusus serta kemeja putih berbatik menjadi ciri mereka.

Terkenal ramah

Satu hal yang membuat masyarakat Indonesia terkenal di Arab Saudi adalah keramahannya. Jamaah calon haji Indonesia terkenal suka melempar senyum dan sapa kepada jamaah dari negara lain.

Selain itu, jamaah asal Indonesia suka memberi sedekah berupa uang ke para pekerja, utamanya pekerja kebersihan, di Masjid Nabawi maupun sekitar hotel.

Tak jarang pula menemukan jamaah yang berbagi makanan dan kopi kepada para pekerja yang rata-rata berasal dari India, Pakistan, dan Bangladesh itu.

Mereka kerap ditemukan berbincang meski antara satu dengan yang lainnya tidak mengerti apa yang diucapkan. Mereka silih tertawa bersama, menertawakan hidup yang penuh kejutan.

Hanya saja, rasa iba terlalu tinggi itu kadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka kerap dimintai uang oleh seseorang dari negara lain.

BACA JUGA:Pesantren di Tengah 'Perang Narasi' Era Digital

Terlepas dari itu, jamaah Indonesia tidak bisa melepaskan kebiasaan yang sudah melekat dalam sanubarinya. Barangkali nongkrong adalah pelepas dahaga akan kerinduannya terhadap Tanah Air. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan