Seragam Baru
Dahlan Iskan--
Kalau naik dan turun di Halim, pilihan saya hanya dua: Citilink 7 kali, Batik 3 kali. Tidak ada Pelita di Halim.
Pun jurusan luar negeri. Saya tidak pilih-pilih. Pernah sering naik Emirate atau Qatar. Itu semata karena jenis pesawatnya: 380. Waktu itu belum banyak penerbangan yang memilikinya.
Kelas bisnis Emirate benar-benar mewah. Tak terbayang first class-nya.
Ke Hong Kong terakhir, bulan lalu –untuk lanjut ke Meizhou– saya pilih Garuda. Lapang. Nyaman. Hanya dua penumpang yang di kelas bisnis. Makanannya enak. Cocok dengan selera.
BACA JUGA:Visa Diaspora
BACA JUGA:Catch Kill
Sebenarnya saya naik Garuda semata karena ingin tahu seragam baru pramugarinya. Yang lebih modern dan glamour.
Saya baru melihat di videonya. Saya penasaran: apakah kenyataannya sebagus di video itu.
Ternyata pramugari Garuda masih pakai seragam lama. Seragam yang sekarang memang sudah dipakai sekitar 20 tahun. Tidak pernah ganti lagi.
Tapi saya salut dengan perancangnya dulu. Seragam itu tidak terasa ketinggalan zaman. Abadi. Memperkuat brand Garuda. Juga lebih cocok sebagai seragam di penerbangan.
Sedang seragam baru, kesan saya, seperti lebih cocok untuk pakaian ke pesta.
Mungkin saja itu memang lebih baik. Mungkin dimaksudkan untuk menaikkan status kelas Garuda.
Karena itu saya ingin lihat benar: apakah pramugari tetap bisa bekerja cekatan dengan seragam baru.
Selasa kemarin saya masuk lounge kelas bisnis Garuda di Cengkareng.
Saya lihat lagi dinding koridornya. Ada foto besar parade seragam pramugari Garuda. Sejak seragam pertama tahun 1940-an sampai seragam terakhir.