Apakah Respons RI Terhadap Tarif Trump Sudah Tepat?

Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (7/4/2025). Pemerintah Indonesia menambah volume impor produk dari Amerika Serikat untuk mengurangi defisit perdagangan yang dialami negara itu sebagai respons atas tarif res-Muhammad Adimaja/YU-ANTARA FOTO

JAKARTA – Sikap Presiden Prabowo Subianto dalam merespons kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat menarik untuk dicermati. Berbeda dengan pemimpin negara lain, Prabowo memilih pendekatan yang lebih terbuka dan partisipatif. 

Ia menggelar Sarasehan Ekonomi, sebuah forum komunikasi inklusif yang mempertemukan pemerintah dengan para pelaku ekonomi. Langkah ini juga dinilai sebagai cara untuk memperbaiki citra komunikasi pemerintah yang sebelumnya kerap dianggap kurang terbuka.

Sebagai perbandingan, Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong, menyampaikan posisi negaranya terhadap kebijakan serupa lewat sebuah pernyataan formal dari ruang kerjanya yang sunyi nyaris seperti perpustakaan pribadi dan disiarkan melalui media sosial.

Sementara itu, Prabowo justru tampil bersama jajaran kabinetnya dalam forum publik. Di hadapan para pelaku ekonomi, ia menjelaskan secara gamblang fondasi dan arah kebijakan ekonomi nasional dalam menyikapi tantangan global, termasuk kebijakan tarif dari AS.

BACA JUGA:Menelaah Ancaman dan Peluang Dibalik Tarif 'Timbal Balik' Trump

Presiden menginstruksikan seluruh pejabat yang hadir untuk menyampaikan penjelasan secara rinci, jernih, dan transparan. Dalam forum tersebut, hadir sejumlah tokoh penting seperti Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf. Mereka berbicara langsung di hadapan publik, sekaligus membuka ruang dialog yang interaktif.

Langkah ini patut diapresiasi karena mencerminkan komitmen pemerintah untuk membangun komunikasi publik yang terbuka dan inklusif. Meski ada sebagian pihak yang menilai pendekatan seperti ini sebagai bentuk kegamangan atau reaksi impulsif dalam menghadapi krisis, keberanian untuk tampil terbuka tetap menjadi nilai positif yang menonjol.

Presiden Prabowo pun patut mendapat penghargaan atas sikapnya yang lugas dan jujur. Ia secara terbuka mengakui bahwa kebijakan tarif dari Presiden Trump telah menciptakan ketidakpastian dan menimbulkan kecemasan di tingkat global.

Setidaknya, Presiden Prabowo tidak menutupi realitas yang dihadapi. Sebaliknya, ia berupaya menyampaikan bahwa Indonesia memiliki fondasi yang cukup kuat untuk menghadapi ketidakpastian global yang tengah berlangsung.

BACA JUGA:Bingkisan Lebaran yang Cantik dari Garuda Muda

Setelah hampir satu pekan melakukan persiapan matang, Prabowo akhirnya menyatakan sikap resmi Pemerintah Indonesia: memilih langkah yang mungkin tidak populer namun penuh pertimbangan. Alih-alih mengambil jalur retaliasi, pemerintah lebih memilih pendekatan negosiasi dalam merespons kebijakan tarif resiprokal dari Presiden Donald Trump.

Di saat negara-negara besar seperti Tiongkok dan Uni Eropa memilih membalas kebijakan tarif Amerika dengan tindakan serupa, Indonesia menempuh jalan yang berbeda. Pemerintah mengambil sikap yang lebih hati-hati, mengedepankan diplomasi sebagai langkah strategis.

Dengan demikian, Indonesia menempatkan diri di antara negara-negara yang percaya bahwa dialog dan perundingan tetap menjadi pilihan utama dalam menyelesaikan ketegangan dagang internasional.

Strategi Bertahan

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyambut positif langkah Pemerintah Indonesia dalam merespons kebijakan tarif dari Amerika Serikat. Ia menilai pendekatan yang ditempuh—melalui jalur diplomasi, perluasan kerja sama perdagangan, serta deregulasi kebijakan impor—merupakan strategi yang tepat.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan