Pasar Kripto Global Diprediksi Konsolidasi Hingga Akhir 2025, Bagaimana Tren di Indonesia?
Ilustrasi aset kripto--freepik
BELITONGEKSPRES.COM - CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, memperkirakan perdagangan aset kripto global hingga akhir 2025 masih berada dalam fase konsolidasi. Hal ini seiring sikap wait and see pelaku pasar di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Bitcoin tercatat melemah signifikan pada Sabtu, diperdagangkan di angka 84.537,42 dolar AS. Pelemahan ini menurut Calvin dipicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS kemungkinan menunda pemotongan suku bunga yang sebelumnya diproyeksikan terjadi pada Desember.
Rilis data ketenagakerjaan AS September menunjukkan tambahan 119.000 tenaga kerja, jauh melampaui proyeksi 50.000. Hasil ini menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga, dengan probabilitas hanya sekitar 40 persen menurut CME FedWatch, sehingga meningkatkan volatilitas pasar global.
Dampak gejolak global juga terlihat di pasar domestik, meski pasar kripto Indonesia menunjukkan ketahanan relatif lebih baik. Calvin menekankan meski nilai transaksi menurun, jumlah pengguna kripto terus bertambah, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap aset digital tetap tinggi.
BACA JUGA:Pasar Kripto Guncang, Bitcoin Jatuh di Bawah USD 89.000 dan Ethereum Turun ke USD 2.900
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai transaksi kripto di Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2025 mencapai Rp409,56 triliun, turun 13,77 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah pengguna kripto naik menjadi 18,61 juta pada September 2025, meningkat 3,05 persen dalam sebulan. Pertumbuhan investor domestik secara konsisten berada di atas 3 persen per bulan.
"Saat ini pasar belum menunjukkan tanda-tanda bearish struktural. Aktivitas on-chain, adopsi pengguna, dan kontribusi pengembang masih stabil. Kondisi lebih mencerminkan pendinginan pasar daripada pembalikan tren besar," ujar Calvin.
Menurutnya, pemerintah berperan penting dalam menjaga stabilitas pasar domestik melalui kebijakan perpajakan, rencana bursa kripto tambahan, serta program edukasi publik, yang diyakini dapat memperkuat ekosistem aset digital di Indonesia.
Melihat prospek 2026, Calvin optimistis pasar bisa bergerak lebih terarah jika kondisi makro membaik, termasuk potensi penurunan suku bunga global, meningkatnya minat risiko, dan masuknya likuiditas baru. Siklus empat tahunan pasca-halving juga bisa menjadi pendorong tambahan bagi harga aset digital.
BACA JUGA:Fear and Greed Index Jatuh ke Level 16, Harga Kripto Rontok Serentak
Meski begitu, Calvin mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap risiko. Jika tekanan ekonomi global berlanjut, pasar kripto berpotensi bergerak sideways dalam jangka waktu lebih panjang.
"Investor harus tetap melakukan analisis dan memahami risiko. Namun, pertumbuhan minat masyarakat Indonesia menjadi sinyal positif bahwa ekosistem kripto semakin matang dan siap berkembang dalam jangka panjang," tutup Calvin. (ant)