Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

Ketua Tim Penyusun KRB Tegaskan Beltim Perlu Data Risiko Bencana untuk Dasar Pembangunan

Ketua Tim Penyusunan Kajian Risiko Bencana (KRB), Agung Setyanto-Muchlis Ilham/BE-

MANGGAR, BELITONGEKSPRES.COM - Ketua Tim Penyusunan Kajian Risiko Bencana (KRB), Agung Setyanto, menegaskan pentingnya penyusunan KRB sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah. 

Ia menyampaikan hal tersebut dalam kegiatan sosialisasi penyusunan KRB Kabupaten Belitung Timur (Beltim) Jumat (21/11/2025).

Menurut Agung, tidak ada satupun wilayah di Indonesia yang benar-benar bebas dari bencana, termasuk Kabupaten Beltim.

Karena itu, penyusunan KRB menjadi langkah penting untuk mengetahui jenis, frekuensi, hingga sebaran bencana secara spasial hingga tingkat desa. 

“Kajian risiko bencana diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak bencana yang ada di suatu daerah dan penyebarannya sampai ke desa. Itu sangat diperlukan,” ujarnya.

BACA JUGA:Beltim Susun Kajian Risiko Bencana 2025–2030, BPBD Tekankan Pentingnya Data & Mitigasi Berbasis Risiko

KRB Jadi Dasar Penyusunan Tata Ruang dan Kebijakan Mitigasi

Agung menekankan bahwa data risiko bencana akan menjadi dasar pemerintah daerah dalam menyusun tata ruang dan kebijakan pengurangan risiko bencana. Tanpa data tersebut, pembangunan rentan berjalan tanpa mempertimbangkan potensi ancaman.

“Misalnya suatu area yang risiko kebakarannya tinggi atau risiko banjirnya tinggi, tentu tidak bagus untuk pemukiman. Kalau belum punya data ini, penataan ruang yang tepat tidak bisa dilakukan,” jelasnya.

Saat ini, KRB yang tersedia baru pada tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disusun untuk periode 2021–2030. Namun KRB khusus Kabupaten Belitung Timur belum pernah dibuat, sehingga penyusunan dokumen KRB daerah menjadi kebutuhan mendesak.

Banjir, Rob, dan Karhutla Jadi Ancaman Dominan di Beltim

Mengacu data provinsi, Agung menyebut bahwa banjir, banjir rob, dan kebakaran hutan menjadi bencana yang paling sering terjadi di Belitung Timur. Ancaman lain seperti gempa atau longsor memang ada, tetapi tidak sebesar di wilayah Jawa. Ia juga menyoroti faktor aktivitas manusia yang turut meningkatkan risiko bencana.

BACA JUGA:Kajari Beltim Gelar Coffee Morning Perkuat Sinergi dengan Wartawan

“Bencana tidak selalu dari alam. Misalnya banjir yang dulu tidak ada, sekarang jadi ada. Mungkin karena penebangan hutan atau bangunan yang didirikan dekat aliran sungai. Itu bencana yang sebenarnya dibuat manusia, dan hal ini perlu dipahami,” tegasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan