Danantara Ungkap Persaingan Tidak Sehat di BUMN, Praktik 'Kanibalisme' Berebut Pasar dan Omzet
Managing Director PT Danantara Asset Management (DAM), Febriany Eddy-Nurul Fitriana-JawaPos.com
BELITONGEKSPRES.COM - Danantara Indonesia mengungkap kondisi BUMN yang dinilai kian memprihatinkan, termasuk munculnya praktik kanibalisme antarperusahaan pelat merah yang saling berebut pasar.
Febri menyampaikan bahwa pola persaingan ini muncul karena dorongan mengejar omzet dan penilaian kinerja yang terlalu berorientasi pada capaian jangka pendek. Ia menilai situasi tersebut mengarah pada kondisi internal yang tidak sehat karena BUMN justru saling menggerus satu sama lain.
Dalam acara Coffee Morning di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat 14 November, ia menjelaskan fenomena itu bersifat sistemik, bukan insiden terpisah. Sebagai contoh, ia menyoroti hubungan Garuda Indonesia dan Citilink yang selama ini dipandang sebagai satu grup, tetapi tetap bersaing pada beberapa rute tertentu. Menurutnya, dua entitas dalam satu keluarga seharusnya bisa berada di segmen berbeda tanpa harus berebut rute yang sama.
Mantan CEO PT Vale Indonesia tersebut menambahkan bahwa kondisi tumpang tindih di lingkungan BUMN menjadi alasan Danantara menyiapkan restrukturisasi menyeluruh.
BACA JUGA:Raja Yordania Tawarkan Tiga Proyek Strategis ke Danantara untuk Perkuat Investasi Bilateral
BACA JUGA:Garuda Indonesia Terima Suntikan Modal Rp23,67 Triliun dari Danantara
Salah satu agenda utama adalah pengurangan jumlah BUMN serta entitas turunannya yang kini mencapai 1.063 perusahaan. Dari jumlah itu, hanya sekitar 200 perusahaan yang direncanakan untuk dipertahankan.
Upaya tersebut menjadi fondasi transformasi berikutnya, termasuk kajian privatisasi bagi BUMN yang dinilai tidak lagi strategis. Febri menyebut perlunya meninjau kembali apakah sebuah sektor masih layak dipertahankan.
Jika sektor tersebut tidak menjadi fokus pengembangan jangka panjang, meski menghasilkan laba, maka privatisasi dapat menjadi opsi untuk menghilangkan distraksi dan memperkuat fokus perusahaan negara.
“Jadi privatisasi menjadi salah satu langkah yang memungkinkan untuk mendukung transformasi itu,” ujar Febri. (jpc)