Membangun Lumbung Padi untuk Petani Berdaulat
Membangun Lumbung Padi untuk Petani Berdaulat--
BACA JUGA:Membekali Keahlian Kerja Untuk Mengurangi Pengangguran
BACA JUGA:Pentingnya Sikap Nasionalisme Dikalangan Pelajar
Sisa bangunan asli lumbung padi dapat ditemukan di masyarakat Badui, Banten, atau di Kampung Naga, Sumedang. Lumbung padi juga disebut tengkiang di Semendo, Sumatera Selatan, atau rangkiang di Padang, Sumatera Barat.
Kini bahan bangunan untuk membangun lumbung padi memang telah langka, tetapi prinsip menyimpan sebagian hasil panen padi tetap dipegang teguh oleh Yunus.
Tahun ini bahkan Yunus dapat berangkat haji ke tanah suci, Mekkah, bersama istrinya dari hasil bertani di lahan sewa seluas 2,5 hektare dan yang dilakoninya sejak muda.
Sementara dari lahan miliknya seluas 1.500 m2 ditanami palawija. Lumbung padi yang dimiliki Yunus dalam komunitas ilmiah disebut lumbung pangan individu untuk menjaga kedaulatan pangan individu petani.
Lumbung pangan
BACA JUGA:Mengawal Suara Rakyat Demi Pemilu Berkualitas
BACA JUGA:Kesehatan 6.0
Publikasi penelitian Rachmat dan koleganya pada 2010 mengungkap lumbung pangan di masyarakat terdiri dari tiga jenis, yaitu lumbung pangan individu, lumbung pangan kolektif/kelompok, dan lumbung pangan desa.
Lumbung pangan individu merupakan lumbung yang dimiliki oleh individu petani atau keluarga petani (padi atau jagung) dalam bentuk tempat penyimpanan pangan hasil produksi sebagai persediaan pangan.
Lumbung tersebut berada dalam ruangan menyatu dengan rumah tinggal atau terpisah dari rumah pada jarak yang berdekatan.
Eksistensi lumbung pangan individu cenderung menurun sejalan dengan meningkatnya peran Bulog dalam menjamin ketersediaan pangan setiap saat, berkembangnya sistem tebasan pada pemasaran hasil produksi, semakin terbatasnya lantai jemur dan keterbatasan ruang bagi rumah tangga akibat bertambahnya anggota rumah tangga (penduduk).
Lumbung kolektif adalah lumbung yang dibangun oleh sekelompok masyarakat. Lumbung didirikan karena kepentingan bersama untuk mengatasi kerawanan pangan bersama atau bagian dari kelompok tani yang memiliki tujuan bersama.
Lumbung kolektif juga dapat bersinergi dengan kelompok keagamaan di masyarakat. Sebagai contoh lumbung masjid di Kabupaten Serang yang tumbuh dari kelompok masjid yang bertujuan untuk mengelola masjid sekaligus lumbung pangan yang dapat membantu mengatasi kebutuhan pangan anggota masjid.