Pangdam Cenderawasih Kecam Serangan di Yahukimo, Guru dan Nakes Jadi Korban

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Rudi Puruwito menjenguk korban serangan OPM yang kini dirawat di rumah sakit di Jayapura--Kodam XVII/Cenderawasih

BELITONGEKSPRES.COM - Serangan yang terjadi di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, pada 21 Maret telah menimbulkan keprihatinan mendalam. 

Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Rudi Puruwito, menyampaikan kecamannya terhadap aksi yang dilakukan oleh kelompok bersenjata tersebut. Ia menilai tindakan ini telah melampaui batas karena menyasar tenaga pendidik dan kesehatan yang bertugas melayani masyarakat di daerah tersebut.

Setelah proses evakuasi delapan korban ke Jayapura pada 23 Maret, Mayjen Rudi mengunjungi mereka di Rumah Sakit Marthen Indey pada 24 Maret. Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan bahwa tindakan kelompok bersenjata ini justru merugikan masyarakat Papua sendiri, tanpa pandang bulu menyerang siapa saja, termasuk Orang Asli Papua (OAP).

”Dalam serangan itu, kelompok bersenjata tiba-tiba menyerang dan membakar rumah para guru. Namun, para guru berhasil menyelamatkan diri dengan bantuan warga setempat,” ujar Rudi dalam pernyataan resminya.

BACA JUGA:Mahasiswa UI Gugat UU TNI ke MK, TNI: Kami Hormati Proses Hukum

BACA JUGA:KPK Tak Hadir di Sidang Praperadilan Staf Hasto, Dijadwalkan Ulang 8 April 2025

Dari delapan korban, tujuh berhasil selamat dan mendapatkan perawatan di Puskesmas Anggruk, sementara satu korban meninggal dunia, yakni Rosalia Rerek Sogen, seorang guru asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan laporan petugas, jenazahnya ditemukan dengan luka-luka akibat kekerasan.

Akibat insiden ini, warga Distrik Anggruk sempat dilanda ketakutan dan memilih mengungsi. Namun, setelah Tim Gabungan TNI-Polri berhasil mengamankan wilayah tersebut pada 22 Maret dan mengevakuasi korban, situasi mulai kondusif. Saat ini, sebanyak 34 warga telah kembali ke rumah mereka masing-masing.

Menanggapi tuduhan bahwa para korban adalah intelijen militer, Mayjen Rudi menepis klaim tersebut. Ia menegaskan bahwa seluruh korban merupakan warga sipil, yakni tenaga pendidik dan tenaga kesehatan yang dikenal oleh masyarakat setempat. Menurutnya, tuduhan tersebut tidak berdasar.

”Ini hanya alasan kelompok bersenjata untuk membenarkan tindakan mereka. Tidak masuk akal jika mengatasnamakan perjuangan, tetapi justru membunuh warga sendiri,” pungkasnya.  (jawapos)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan