5 Dampak Tersembunyi Perfeksionisme yang Bisa Memicu Depresi, Kamu Wajib Tahu!

Ilustrasi: 5 Dampak Tersembunyi Perfeksionisme yang Bisa Memicu Depresi--freepik
BELITONGEKSPRES.COM – Banyak orang menganggap perfeksionisme sebagai kunci kesuksesan. Namun, siapa sangka bahwa sifat ini juga bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mental?
Alih-alih membawa kepuasan, perfeksionisme justru bisa memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Jika terus-menerus mengejar standar tinggi yang sulit dicapai, seseorang bisa terjebak dalam siklus ketidakpuasan yang melelahkan.
Dilansir dari Times of India (16/3/2025), berikut lima alasan mengejutkan mengapa perfeksionisme bisa meningkatkan risiko depresi.
1. Standar Tinggi yang Mustahil
Perfeksionis cenderung menuntut hasil terbaik dari diri mereka sendiri—bahkan di luar batas realistis. Akibatnya, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha, selalu ada rasa kurang puas.
BACA JUGA:Ciri-Ciri Mental Lelah yang Harus Diwaspadai dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketika ekspektasi terlalu tinggi dan tidak pernah terpenuhi, frustrasi serta kelelahan mental pun muncul, yang bisa berujung pada depresi.
2. Sering Menunda Pekerjaan karena Takut Gagal
Ironisnya, perfeksionisme justru bisa membuat seseorang menunda-nunda pekerjaan. Rasa takut hasilnya tidak sempurna membuat mereka sulit untuk memulai.
Begitu tenggat waktu semakin dekat, stres meningkat, dan tekanan menjadi lebih besar. Siklus ini bisa membuat mereka merasa terjebak dalam kecemasan yang berkepanjangan.
3. Harga Diri Bergantung pada Pencapaian
Banyak perfeksionis menilai harga diri mereka berdasarkan seberapa sukses mereka dalam mencapai tujuan. Jika gagal, mereka tidak hanya merasa kecewa, tetapi juga meragukan nilai diri mereka secara keseluruhan.
BACA JUGA:Studi Menyebutkan Mengonsumsi Banyak Buah bisa Menurunkan Risiko Depresi Diusia Lanjut
Akibatnya, perasaan tidak mampu dan putus asa bisa semakin kuat, meningkatkan risiko depresi.