Piala Dunia 2026: Ajang Sepak Bola Rasa Perang Dagang

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden FIFA Gianni Infantino berpose bersama para pejabat FIFA setelah Trump menandatangani Keputusan Presiden (Executive Order) di Ruang Oval, Gedung Putih, Washington DC, pada 7 Maret 2025. Presiden Trump mena-- (Getty Images via AFP/ANNA MONEYMAKER)
Tantangan Keamanan di Piala Dunia 2026
Janji yang pernah disampaikan Donald Trump pada 2018 kini berpotensi menimbulkan masalah baru, terutama di bidang keamanan dan keimigrasian. Pemerintahannya saat ini tengah melakukan efisiensi besar-besaran terhadap pegawai negeri sipil, yang diprakarsai oleh Elon Musk, salah satu donatur terbesar Trump sekaligus kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan.
Pemangkasan jumlah pegawai negeri ini bisa berdampak serius, salah satunya dalam proses pengurusan visa masuk ke AS. Dengan semakin sedikitnya petugas imigrasi, waktu pemrosesan visa bagi para penggemar sepak bola dari luar negeri bisa menjadi jauh lebih lama. Hal ini berisiko membuat banyak calon penonton gagal masuk ke AS untuk menyaksikan langsung Piala Dunia 2026.
Selain itu, koordinasi antara tiga negara tuan rumah—Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko—dalam hal keamanan juga berpotensi mengalami kendala. Perang dagang yang semakin panas bisa merenggangkan hubungan diplomatik ketiganya, yang pada akhirnya berdampak pada kesiapan pengamanan turnamen. AS dikenal sangat ketat dalam urusan keamanan, dan jika koordinasi antarnegara terganggu, hal ini bisa menjadi masalah besar dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2026.
Tak hanya itu, ada potensi isu lain yang bisa menciptakan kegaduhan, yaitu kemungkinan Israel lolos ke Piala Dunia 2026. Sebagai salah satu dari 16 tim Eropa yang berpeluang melaju ke putaran final, Israel akan memulai perjuangannya di babak kualifikasi zona UEFA mulai 21 Maret 2025 hingga 31 Maret 2026. Jika Israel berhasil lolos, situasi geopolitik yang sensitif bisa semakin memperumit atmosfer Piala Dunia 2026.
Skenario Piala Dunia 2026 berpotensi menjadi salah satu turnamen paling gaduh dalam sejarah, terutama jika dikaitkan dengan situasi geopolitik global. Isu kehadiran Israel di turnamen ini bisa memicu reaksi keras, mengingat aksi militernya di Palestina, khususnya Jalur Gaza, telah menimbulkan kemarahan dunia, bukan hanya dari negara-negara Muslim, tetapi juga masyarakat internasional secara luas.
Gelombang aksi protes diprediksi akan terjadi di dalam dan luar stadion selama turnamen berlangsung, termasuk di Kanada dan Meksiko. Para penggemar dan aktivis, bahkan dari dalam AS sendiri, kemungkinan besar akan memanfaatkan momentum ini untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Situasi ini bisa menimbulkan tantangan keamanan besar, terutama untuk laga-laga penting seperti final di MetLife Stadium, New Jersey, yang berdekatan dengan New York—kota yang setahun lalu menjadi pusat aksi solidaritas pro-Palestina di AS.
Selain itu, suasana politik di dalam negeri AS juga sedang panas. Turnamen ini berlangsung berdekatan dengan pemilu legislatif AS yang dijadwalkan pada November 2026. Bulan-bulan menjelang pemilu sering kali dipenuhi ketegangan politik, dan Piala Dunia bisa ikut terseret dalam dinamika kampanye yang semakin memanas.
BACA JUGA:FIFA Resmi Gelar Piala Dunia Antarklub Wanita dan Piala Champions Wanita
Faktor lain yang juga perlu diwaspadai adalah ancaman cuaca ekstrem. Panas yang berlebihan pernah menjadi alasan utama FIFA menggeser Piala Dunia 2022 ke akhir tahun, karena kondisi di Qatar terlalu terik untuk pertandingan pada bulan Juni-Juli. Jika hal yang sama terjadi di AS, pertandingan mungkin perlu dialihkan ke malam hari, yang otomatis bisa menambah tantangan keamanan.
Dengan semua faktor tersebut, Piala Dunia 2026 bukan hanya akan menjadi ajang sepak bola akbar, tetapi juga salah satu turnamen paling penuh dinamika. Ketiga negara penyelenggara, terutama Amerika Serikat, harus siap menghadapi tantangan ini agar turnamen tetap berjalan dengan aman dan sukses.