Asal Usul dan Filosofi Lontong Cap Go Meh dalam Perayaan Imlek
Menu ketupat Cap Go Meh di Metro Atom, Pasar Baru Jakarta Selatan--(ANTARA/ Putri Hanifa)
Dulu, lontong cap go meh hanya disajikan di rumah-rumah keluarga Tionghoa Peranakan sebagai bagian dari perayaan Cap Go Meh. Namun, hidangan ini kini telah menjadi bagian integral dari kuliner Nusantara. Di setiap perayaan Cap Go Meh, masyarakat, baik keturunan Tionghoa maupun non-Tionghoa, turut menikmatinya sebagai simbol kebersamaan dan warisan budaya yang terus hidup.
Ketupat Cap Go Meh: Kuliner Legendaris yang Tak Terlupakan
Tak lengkap rasanya membahas kuliner Cap Go Meh tanpa menyebutkan ketupat Cap Go Meh legendaris dari Gloria Ny Kartika Tjandra di Pasar Baru, Jakarta Selatan.
BACA JUGA:Rayakan HUT ke-50 dan Imlek, Polytron Tawarkan Potongan Rp5 Juta untuk Motor Listrik
Sejak 1965, tempat ini telah menjadi simbol tradisi kuliner yang menyatukan budaya Tionghoa dan Nusantara. Meskipun warung ini bermula di gang kecil kawasan Gloria, resep dan cita rasa ketupat cap go meh yang disajikan tetap terjaga dari generasi ke generasi.
Setiap seporsi ketupat cap go meh di warung ini berisi beragam lauk, termasuk ayam kampung bumbu kari, telur bebek, tahu, tempe, sambal goreng petai, dan sayur labu.
Kombinasi rasa yang kaya dan bahan premium menjadi ciri khas yang membuat hidangan ini begitu istimewa. Ketupat cap go meh ini bukan hanya makanan lezat, tetapi juga menjadi jembatan tradisi yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Warisan Kuliner yang Terus Berlanjut
Dari segi cita rasa dan makna budaya, lontong cap go meh adalah simbol keberagaman yang menguatkan kebersamaan antar generasi. Saat menyantap hidangan ini, kita bukan hanya menikmati kelezatan, tetapi juga merayakan warisan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad.
BACA JUGA:Cap Go Meh: Tradisi Puncak Perayaan Tahun Baru Imlek
Dengan berlanjutnya tradisi ini, lontong cap go meh tidak hanya menyatukan lidah, tetapi juga menyatukan hati dalam setiap perayaan Cap Go Meh.