Mencegah Pelaporan Guru, Meningkatkan Sinergi dengan Orang Tua Siswa
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menandatangani nota kesepahaman dengan Plt. Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Haryomo Dwi Putranto terkait perubahan sistem pengelolaan kinerja guru di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta P--
BACA JUGA:Merumuskan Kebijakan Pajak Berkeadilan
Lev Vygotsky, pakar psikologi kognitif, menyebut bahwa orang tua berperan besar membimbing anak untuk berpikir kompleks dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
Dalam teori pembelajaran sosial Albert Bandura, orang tua adalah role model pertama anak. Anak belajar dan meniru nilai, norma, dan keterampilan sosial dari orang tua mereka.
Jika kita mencermati pendapat para ilmuwan psikologi di atas, orang tua punya porsi yang paling dominan dalam mendidik anak, orang tua juga harus mengerti bahwa ia tak bisa seorang diri mendidik anak, peran guru di sekolah menjadi penting dalam mengorkestrasi tumbuh kembang anak.
Peran guru di sekolah lebih menekankan perkembangan akademik, pembentukan karakter dan nilai, perkembangan emosional siswa dengan teman dan guru, penguasaan lingkungan, dan pembentukan orientasi masa depan siswa.
Dengan mengetahui peran guru dan orang tua dalam mendidik siswa, kita bisa membangun sinergitas yang ideal antara rumah dan sekolah. Dalam penelitian Sri Astuti, dkk (2021), sinergi guru dan orang tua bisa dilakukan dengan memperhatikan tiga indikator, yaitu bimbingan karakter, penilaian karakter, dan komunikasi antara orang tua dan anak.
BACA JUGA:Meramalkan Resesi Ekonomi dengan Sebuah Lipstik
Bimbingan karakter bisa dilakukan dengan pembelajaran langsung, orang tua maupun guru memberi contoh keteladanan bagi anak. Bimbingan juga bisa berupa penguatan melalui reward dan punishment. Anak terlebih dulu mendapat arahan, kemudian ketika ia berbuat sesuai harapan ia mendapat hadiah, namun ketika melanggar akan mendapat hukuman.
Pada indikator penilaian karakter, guru dan orang tua harus memiliki kemampuan dalam asesmen anak, hal sederhana yang bisa dilakukan yaitu dengan bertanya dan wawancara, mengamati aktivitas anak sehari-hari. Selain itu, kita bisa melibatkan pihak yang kompeten, seperti psikolog atau guru BK untuk menilai karakter anak menggunakan instrumen tes psikologi dan instrumen pendukung lainnya.
Indikator ketiga, yaitu komunikasi. Setelah membimbing dan menilai karakter anak, guru dan orang tua harus terus berkomunikasi, pola komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif, informatif, dan interaktif. Dengan ketiga unsur ini bisa memperkecil kesalahpahaman dan sikap saling menyalahkan.
Dengan terbentuknya sinergi guru dan orang tua siswa, kita bisa mencapai tujuan bersama dalam mendidik anak, terbentuknya rasa saling percaya, sekaligus menciptakan atmosfer positif yang jauh dari pelanggaran dan pelaporan guru lewat jalur hukum. (ant)
Oleh: Agung Iranda, Dosen Universitas Jambi dan Koordinator Rumah Progresif