BRIN Paparkan Solusi Strategis untuk Memulihkan Segmen Kelas Menengah di Indonesia

Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Jumat (3/2/2023). -AstridFaidlatulHabibah-ANTARA

BELITONGEKSPRES.COM - Kepala Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Zamroni Salim, baru-baru ini menyampaikan pandangannya tentang krisis yang dialami kelas menengah di Indonesia dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya. 

Dalam konferensi pers yang berlangsung di Jakarta, ia mengungkapkan bahwa jumlah masyarakat kelas menengah telah merosot 18,8 persen dalam beberapa tahun terakhir, dari 57,33 juta menjadi 48,27 juta. Penurunan ini jelas berdampak negatif pada daya beli, konsumsi domestik, dan stabilitas ekonomi negara secara keseluruhan.

Zamroni menjelaskan bahwa sejumlah faktor, termasuk peningkatan pajak dan biaya hidup yang semakin tinggi, menjadi penyebab utama turunnya populasi kelas menengah.

“Kelas menengah kini tertekan oleh berbagai beban ekonomi, mulai dari tarif pajak penghasilan yang lebih tinggi hingga pungutan baru seperti TAPERA dan cukai pada makanan dan minuman berpemanis. Semua ini membatasi kemampuan ekonomi mereka,” ujarnya.

BACA JUGA:Kemenkeu Rencanakan Basis Data Tunggal untuk Penyaluran BBM Subsidi

BACA JUGA:Perkuat Pengawasan, Kejaksaan Agung Berikan Pendampingan Hukum kepada BPOM

Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi daya beli, tetapi juga menghambat konsumsi domestik yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. 

“Penurunan daya beli kelas menengah berimplikasi pada sektor produksi, yang pada gilirannya mempengaruhi penyerapan tenaga kerja,” kata Zamroni, menambahkan bahwa dampak tersebut juga dirasakan oleh sektor manufaktur dan jasa yang bergantung pada konsumsi stabil dari kelas menengah.

Untuk mengatasi masalah ini, Zamroni menekankan perlunya kebijakan yang mendukung kelas menengah, termasuk pengurangan beban pajak dan penyediaan insentif ekonomi. Ia juga menggarisbawahi pentingnya investasi berkualitas yang dapat menciptakan lapangan kerja di sektor-sektor strategis, seperti manufaktur dan teknologi.

“Investasi yang memiliki efek pengganda tinggi, khususnya di sektor-sektor seperti tekstil, makanan, dan industri berbasis teknologi, harus menjadi prioritas untuk memperkuat kelas menengah,” jelasnya.

Di samping itu, ia mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan layanan kesehatan. “Peningkatan kualitas SDM sangat penting untuk memberikan peluang bagi kelas menengah agar dapat tumbuh kembali dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian,” tambahnya.

BACA JUGA:Menag Sebut Biaya dan Kuota Haji 2025 Sudah Ditentukan, Tinggal Dibahas dengan DPR

BACA JUGA:Kapolri Laporkan Pencapaian Pemberantasan Judi Online hingga Narkoba Kepada Presiden Prabowo

Dengan mengombinasikan kebijakan yang mendukung kelas menengah dan meningkatkan investasi berkualitas, Zamroni optimis Indonesia dapat mengembalikan stabilitas kelas menengah sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan