Menyiapkan Guru yang Cakap Menjawab Tantangan Zaman

Minggu 24 Nov 2024 - 20:52 WIB
Oleh: Sumarwoto

BACA JUGA:Pusaran Konflik dan Jembatan Melewatinya

Fauzi, yang juga Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Saizu, mengakui kelemahan pendidikan di Indonesia saat ini, antara lain, belum melahirkan orang-orang yang memiliki tradisi belajar kuat. Padahal, peradaban dunia itu dibangun oleh ilmu pengetahuan, yang diperoleh dengan belajar.

"Kita harus merefleksi apakah guru-guru kita sudah terbangun budaya belajarnya? Ada perubahan sedikit saja langsung terkejut, heran, khawatir, dan takut. Ini karena tidak memiliki kesiapan, spirit belajarnya belum terbangun," ungkapnya.

Bagi guru yang punya budaya belajar, mereka pasti tidak akan menunggu, tetapi malah bersikap adaptif, siap menghadapi, dan mencari solusinya.

Perubahan itu bersifat abadi. Ia akan bisa dihadapi jika guru punya budaya belajar. Dengan menjadi pembelajar, yakni orang-orang terus belajar menemukan, mencari, dan membenturkan diri dengan segala hal, ia siap menghadapi dan akan menemukan jawabannya.

BACA JUGA:Transformasi Pendidikan Melalui Kurikulum Merdeka

Saat ini memang banyak orang tua yang gelisah karena motivasi belajar anak-anaknya rendah. Apalagi tidak ada ujian nasional. Padahal inti dari masalah itu karena budaya belajar yang rendah.

Jika anak-anak itu memiliki budaya belajar, ada sistem ujian seperti apa pun, mereka pasti siap menghadapinya.

"Maka bagaimana kita semuanya, termasuk LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) yang melahirkan calon-calon guru, menanamkan nilai-nilai belajar ini menjadi sebuah tradisi, menjadi sikap, karakter yang melekat dalam setiap orang Indonesia," katanya.

Setiap orang Indonesia harus tertanam semangat untuk belajar, menemukan sesuatu yang ada di dalam kehidupan. Apa yang dibangun oleh negara-negara maju seperti China, itu karena negara tersebut memiliki kultur belajar yang tinggi.

Oleh China, jeunggulan negara lain dimodifikasi bahkan ditiru, selanjutnya dibuat kreasi atau inovasi hingga akhirnya menjadi negara maju setelah melalui proses panjang dalam membangun keunggulan itu.

BACA JUGA:Urgensi Peningkatan Literasi Dasar di Indonesia

Keunikan tersebut terlihat dari bangsa China dalam membangun budaya belajar dengan karakter dasar identitasnya sebagai orang-orang yang mau belajar dan terus belajar.

Oleh karena itu, budaya belajar harus dimulai dari guru. Jangan hanya menyuruh peserta didik membaca buku. Guru juga harus membaca buku setiap hari untuk menambah wawasan dan memperbarui informasi.

Terkait dengan Hari Guru yang diperingati setiap 25 November, Fauzi mengatakan saat sekarang sudah ada tunjangan profesi guru (TPG). Namun pertanyaannya, seberapa besar guru mengalokasikan TPG-nya itu untuk meningkatkan kualitas diri dengan menguatkan kultur belajarnya.

Dalam hal ini, para guru perlu merefleksi dan mengevaluasi diri untuk mengetahui apakah sudah mempunyai budaya belajar dan kultur membaca atau belum memiliki semua itu.

Kategori :