BELITONGEKSPRES.COM - Koordinator Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, menyampaikan kritik terhadap rencana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti yang ingin menerapkan konsep deep learning dalam kurikulum.
Ia menilai bahwa perubahan kebijakan kurikulum yang dilakukan terlalu cepat dapat mengganggu prinsip kesinambungan, terutama karena Kurikulum Merdeka sendiri baru resmi diterapkan secara nasional pada Juli 2024.
“Kurikulum Merdeka masih sangat baru. Kami menilai perubahan mendadak ini tidak sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Sebaiknya ada jeda evaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah ke kebijakan baru,” ujar Satriwan dalam wawancara virtual.
Satriwan menekankan bahwa perubahan kurikulum tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Menurutnya, kebijakan pendidikan harus didasarkan pada kajian ilmiah yang matang, serta memperhatikan kesiapan fasilitas, pelatihan guru, dan kemampuan siswa untuk beradaptasi.
BACA JUGA:Tanpa Toleransi, DPR dan Pemerintah Satu Suara Berantas Judi Online
BACA JUGA:Skandal Korupsi Timah Babel: Benarkah Kerugian Negara Capai Rp 300 Triliun? Ini Jawaban BPKP
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, termasuk guru, akademisi, dan komunitas pendidikan, dalam proses perancangan kebijakan agar implementasinya lebih efektif.
Meski memberikan kritik, Satriwan menjelaskan bahwa P2G tidak menentang perubahan kurikulum selama dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Ia menyatakan bahwa perubahan yang dilakukan secara terburu-buru justru dapat menimbulkan kebingungan di tingkat sekolah dan berpotensi menghambat kualitas pendidikan.
“Kami tidak menentang inovasi dalam pendidikan, tetapi harus ada dasar yang jelas dan persiapan yang menyeluruh,” tutupnya. (beritasatu)