CSIS: Koalisi Prabowo-Gibran Tidak Bisa Dianggap Sebagai Koalisi Gemuk, Ini Alasannya

Jumat 25 Oct 2024 - 18:14 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

BELITONGEKSPRES.COM - Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, memberikan pandangan yang menarik tentang koalisi yang mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Dalam diskusi bertema "Merespons Kabinet Prabowo-Gibran: Implikasi, Risiko, dan Masukan" yang diadakan di Auditorium CSIS, Jakarta, Arya menjelaskan bahwa koalisi saat ini tidak bisa dianggap "gemuk" jika dibandingkan dengan koalisi di bawah dua presiden sebelumnya.

Arya mengemukakan bahwa meskipun jumlah menteri dalam Kabinet Merah Putih tampak banyak, secara keseluruhan, komposisi koalisi pemerintahan Prabowo setelah Pemilu Presiden 2024 terbilang tidak terlalu besar. 

Menurutnya, jika kita menilai koalisi ini dari angka yang ada, yaitu 69,14 persen dukungan dari partai politik yang berhasil meraih kursi di DPR untuk periode 2024-2029, dapat dilihat bahwa ini lebih kecil dibandingkan koalisi yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di periode pertama dan kedua, yang masing-masing mencapai 74,18 persen dan 75,54 persen. 

BACA JUGA:Retret Kabinet di Akmil, Angota Kabinet Merah Putih Dibangunkan dengan Tiupan Terompet

BACA JUGA:Prabowo dan Gibran Pimpin Olahraga Pagi Bersama Menteri Di Akademi Militer Magelang

Sementara itu, koalisi di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menunjukkan variasi yang menarik; koalisi di periode pertama Jokowi tercatat 68,93 persen, namun melonjak menjadi 91,30 persen di periode kedua.

“Jadi, meskipun koalisi pemerintahan Prabowo berada di angka 69 persen, yang terlihat gemuk adalah jumlah menterinya,” kata Arya. Pernyataan ini mengundang pertanyaan tentang mengapa Prabowo memilih untuk membentuk kabinet yang besar.

Arya kemudian menguraikan tiga alasan utama di balik pembentukan kabinet yang gemuk. 

Pertama, Partai Gerindra, sebagai partai utama yang mengusung Prabowo, bukanlah pemenang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024, hanya meraih 14 persen suara di DPR. 

BACA JUGA:Tarif Membuat Paspor Elektronik Naik Menjadi Rp 950 Ribu, Masa Berlaku 10 Tahun

BACA JUGA:Presiden Prabowo Pimpin Langsung Hari Pertama Retreat Kabinet, Kumpul Pukul 04 Pagi

Kedua, desain tim kampanye Prabowo-Gibran memang sudah besar saat pilpres berlangsung, yang menunjukkan kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai kepentingan. 

Ketiga, ada kebutuhan dari presiden terpilih untuk menjaga stabilitas politik, baik di dalam maupun di luar parlemen.

Satu hal yang menarik perhatian Arya adalah cara Prabowo tetap mengakomodasi partai politik yang tidak berhasil mendapatkan kursi di DPR ke dalam pemerintahan. 

Kategori :