BELITONGEKSPRES.COM - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) berkomitmen untuk membantu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menghadapi tantangan penurunan daya beli masyarakat.
Dalam situasi yang sulit ini, Kemenkop UKM meluncurkan inisiatif seperti INABUYER, yang bertujuan untuk memperluas akses pasar domestik bagi UMKM dengan menghubungkan mereka ke rantai pasok pemerintah dan BUMN, khususnya di sektor-sektor yang paling terdampak.
Riza Damanik, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, menegaskan bahwa strategi ini akan memberikan UMKM peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan lebih stabil.
Selain itu, kampanye Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Beli Produk Lokal turut digalakkan untuk mendorong masyarakat agar lebih memilih produk lokal, yang diharapkan dapat memperbesar pasar serta meningkatkan permintaan terhadap produk-produk UMKM.
BACA JUGA:OJK Perkenalkan Inisiatif Anti Scam Center untuk Cegah Penipuan di Sektor Keuangan
BACA JUGA:Kemenko Marves dan Bank Indonesia Luncurkan Kalkulator Hijau
Namun, situasi ini muncul di tengah penurunan daya beli masyarakat yang diakibatkan oleh deflasi sebesar 0,12 persen pada September 2024.
Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan dan kelebihan pasokan, terutama dalam kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.
Sektor makanan dan minuman sendiri merupakan yang paling banyak mendominasi UMKM, dengan sekitar 1,7 juta unit usaha yang mempekerjakan sekitar 3,6 juta orang. Dengan kondisi deflasi ini, industri makanan dan minuman di kalangan UMKM mengalami dampak yang signifikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa deflasi 0,12 persen di bulan September 2024 melanjutkan tren deflasi yang telah berlangsung selama lima bulan berturut-turut, yang dipengaruhi oleh penyesuaian pada sisi suplai pangan.
BACA JUGA:Bulog Tegaskan Beras Bantuan Pangan Layak Konsumsi dan Sesuai Standar
BACA JUGA:Kemenko Ekonomi Sebut Deflasi 5 Bulan Berturut Tidak Terkait dengan Daya Beli
Tren deflasi ini dimulai sejak Mei 2024, dan angka deflasi di September 2024 tercatat sebagai yang terdalam dalam lima tahun terakhir.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa penurunan harga komoditas bergejolak, atau volatile food, menjadi penyumbang utama deflasi dalam lima bulan terakhir. (ant)