Urgensi 'Green Financing' Ditengah Darurat Krisis Iklim Global

Selasa 10 Sep 2024 - 20:50 WIB
Oleh: Bayu Saputra

Pada era globalisasi dan arus modernisasi yang kian pesat, dunia tengah dihadapkan pada tantangan terbesar dalam sejarah manusia, yakni krisis iklim.

Dalam perhelatan Indonesia International Sustainibility Forum (ISF) 2024, isu ini tidak lagi terbatas pada perbincangan ilmuwan dan aktivis lingkungan, tetapi telah menjadi sorotan utama para pemimpin dunia.

Modernisasi yang dicapai lewat pembangunan industri selama satu abad terakhir ini telah meninggalkan jejak karbon yang besar. Oleh karena itu, sepatutnya semua lapisan masyarakat global saat ini sudah mulai memperbincangkan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Peran penting Indonesia

Seperti halnya yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sesi pleno ISF 2024, bahwa apabila Indonesia ingin memacu ekonominya lebih jauh, maka harus tetap memastikan bahwa lingkungan tetap terjaga.

BACA JUGA:Kolaborasi Menuju Transisi Energi

Menimbang posisi Tanah Air sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam melimpah, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam upaya global mengurangi emisi karbon.

Di samping itu, wilayah Indonesia mempunyai salah satu hutan tropis terbesar di dunia, terutama di Pulau Kalimantan, Sumatra, dan Papua.

Hutan-hutan ini berfungsi sebagai penyerap karbon alami, menyimpan sejumlah besar karbon, dan membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.

Namun, deforestasi yang tinggi akibat penebangan, kebakaran hutan, dan konversi lahan untuk perkebunan sawit juga turut berkontribusi signifikan dalam peningkatan emisi karbon global.

BACA JUGA:Ambisi Indonesia Pacu Dekarbonisasi Secara Global

Indonesia sendiri telah menetapkan target capaian emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060.

Target ambisius telah ditetapkan: penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen secara domestik, dan hingga 43,2 persen dengan dukungan internasional.

Dalam pidatonya, Bendahara Negara itu mengakui bahwa tantangan utama dalam mencapai target emisi nol bersih yaitu terletak pada faktor pembiayaan.

Memang dibutuhkan dana jumbo untuk mampu mengakomodasi semua sektor untuk memulai melaksanakan transisi menuju energi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, di sini pembiayaan hijau (green financing) memainkan peranan yang cukup penting.

Kategori :