BELITONGEKSPRES.COM, JAKARTA - Erik ten Hag telah memimpin Manchester United selama dua musim. Musim pertamanya di Old Trafford berjalan dengan lancar, menyelesaikan kompetisi di peringkat tiga besar dan membangkitkan harapan tinggi di kalangan penggemar MU di seluruh dunia.
Selama 10 tahun terakhir, Setan Merah mengalami kesulitan bersaing di Liga Premier.
Tantangan berat menghadang Ten Hag untuk mengembalikan kejayaan MU di Inggris dan Eropa. Namun, di musim keduanya, terjadi kemunduran signifikan yang menjadi sorotan.
Performa pemain mengalami penurunan drastis, dengan banyak pemain yang mengalami cedera dan beberapa pemain baru yang tidak memenuhi ekspektasi.
Menurut artikel Andy Mitten di The Athletic, ada akar masalah yang menjadi 'lubang kuburan' bagi Erik ten Hag, yang mungkin tidak menyadari kesalahan-kesalahan tersebut.
BACA JUGA:Taklukkan Toulouse 2-0, PSG Raih Juara Piala Super Prancis
BACA JUGA:Kalahkan Atletico Madrid, Girona Tempel Posisi Real Madrid di Puncak Klasemen
Menurut seorang agen top, Ten Hag telah membuat kesalahan besar sejak awal memimpin MU. Kedatangannya tidak didukung oleh struktur sepak bola yang jelas dan keahlian yang sesungguhnya mumpuni.
Kedatangan Erik ten Hag hampir berakhir seperti manajer-manajer sebelumnya di Manchester United. Ironisnya, klub sebesar MU tidak memiliki seorang Direktur Sepak Bola dan Direktur Teknis Olahraga.
Di balik Ten Hag, ada sosok-sosok seperti Richard Arnold sebagai CEO dan John Murtough sebagai Direktur Teknis. Keduanya sebelumnya adalah bawahan dari Ed Woodward, Mereka semua bankir. Bisa dibayangkan, klub seperti MU seperti badut, seolah-olah klub sebesar MU dijalankan oleh individu yang tidak memiliki latar belakang atau keahlian yang sesuai dalam sepak bola.
Dosa besar Ten Hag dianggap oleh beberapa pihak sebagai pengabaian terhadap Ralf Rangnick. Rangnick, yang sebelumnya menjadi pelatih interim di MU, memiliki pengalaman sebagai Direktur Sepak Bola yang sukses, terutama dalam mengembangkan dua klub Red Bull di Jerman dan Austria.
Ralf Rangnick dikenal dengan julukan "Father of Gegen Pressing" dalam dunia sepak bola pro-aktif. Filosofinya terkenal dan telah membawa kesuksesan bersama klub-klub seperti Schalke 04 dan VfB Stuttgart. Dalam artikel Andy Mitten, disebutkan bahwa Erik ten Hag dianggap sebagai akar masalah dan menyebutkan beberapa kesalahan yang dilakukannya.
BACA JUGA:Yamaha Rekrut 2 Teknisi Ducati, Demi Pertahankan Fabio Quartararo
BACA JUGA:Mbappe Akan Ramaikan Bursa Transfer Musim Panas
Sebagai mantan pelatih Ajax Amsterdam, seharusnya Erik ten Hag dapat lebih fokus pada aspek pelatihan daripada terlibat langsung dalam pemantauan pemain. Sebagai seorang manajer, peran Ten Hag seharusnya lebih pada menyusun kriteria pemain yang dibutuhkan.