Resiliensi Gregoria yang Berbuah Manis di Paris

Senin 05 Aug 2024 - 21:01 WIB
Oleh: Arnidhya Nur Zhafira

Itu menandai pertama kalinya ada tunggal putri Indonesia yang masuk ke 10 besar dunia sejak Maria Kristin Yulianti pada tahun 2008.

Gregoria juga merebut gelar juara Kumamoto Masters 2023, dan menjadi tunggal putri Indonesia pertama yang meraih gelar tertinggi turnamen BWF Super 500 sejak tahun 2007, serta membawa tim putri Indonesia ke final Piala Uber 2024 setelah penantian 16 tahun lamanya.

BACA JUGA:Pompanisasi Untuk Ketahanan Pangan Nasional

Setelah itu, situasi sudah mulai berbeda. Ia benar-benar menunjukkan apa itu nilai dan bukti dari resiliensi, yang mengantarkannya sebagai semifinalis sekaligus peraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024.

Ia kalah dengan terhormat. Melalui rubber game dengan tempo lebih dari dua jam lamanya. Gregoria menelan kekalahan dengan skor 21-11, 13-21, 16-21 dari An Se Young.

Meskipun ia lagi-lagi masih belum bisa mengalahkan sang unggulan pertama, perlu diakui bahwa Gregoria memberikan perlawanan ketat serta menunjukkan daya juang yang menggetarkan hati dan jiwa bagi siapa pun yang menyaksikannya.

Seusai pertandingan pun, An memberikan pelukan hangat untuknya, seakan mengakui betapa susah untuk mengalahkan Gregoria demi mencapai final Olimpiade.

BACA JUGA:Kemerdekaan dan 'Framing' Sejarah NU di Era Digital

Medali perunggu Olimpiade Paris 2024 ini pun sekaligus menandai pertama kalinya ada tunggal putri Indonesia yang meraihnya sejak Maria Kristin di Olimpiade Beijing 2008.

Tak hanya itu, ini juga merupakan medali pertama skuad Merah Putih yang didapatkan di edisi Paris.

Kehadiran dan prestasi Gregoria tahun ini tentu menjadi alarm bagi federasi agar bisa segera membenahi organisasi demi menjaga dan meningkatkan prestasi melalui regenerasi.

Gregoria pun pastinya akan terus menjadi inspirasi bagi para juniornya. Berbeda dengan masanya, adik-adiknya kini memiliki sosok senior yang begitu hangat tapi juga tangguh.

Kedua aspek itu adalah hal yang tak pernah berubah darinya. Semangatnya untuk tak membiarkan shuttlecock jatuh ke bidang permainannya, untuk terus mengejar bola dan angka, untuk tidak pernah menyerah bahkan ketika mengalami cedera, dan untuk berani mengungkapkan perasaannya sebagai seorang atlet serta manusia.

BACA JUGA:Upaya Peningkatan Tata Kelola Aset Desa

Dua tahun lalu, Gregoria pernah menulis, “Untuk sekarang, aku ingin menemukan kebahagiaan di bulu tangkis dalam diri aku. Coba sebaik mungkin dalam latihan dan juga di luarnya.”

“Dan seandainya berhenti sebagai atlet dan mencari jalan lain, aku akan coba terus untuk menjadi semakin baik.”

Kategori :