Setelah modus pembentukan laboratorium narkoba rahasia terungkap, para pelaku kejahatan narkoba mengubah taktik mereka dengan mengirimkan narkoba melalui jalur laut dan menggunakan pelabuhan tikus.
"Mereka mengirim narkoba dalam bentuk siap edar dari Aceh, Riau, Batam, Jambi, dengan tujuan akhir di Lampung, serta menyeberangkan barang antara Pulau Sumatera dan Jawa. Di Kalimantan, jalur pengiriman narkoba berlangsung dari Entikong hingga Kaltara, tepatnya di Sebatik," ujar Mukti.
Namun, modus pengiriman ini juga berhasil diendus oleh aparat penegak hukum, yang telah melakukan banyak penangkapan, termasuk jaringan internasional milik gembong narkoba Fredy Pratama.
BACA JUGA:Bebasnya Pegi Setiawan Buka Harapan Baru bagi 7 Terpidana Kasus Pembunuhan di Cirebon
BACA JUGA:Luhut Siapkan Langkah Efisiensi untuk Turunkan Harga Tiket Pesawat
Saat ini, jaringan tersebut di wilayah timur dan barat sudah terbongkar, dengan lebih dari 60 orang tersangka dari jaringan Fredy Pratama yang telah ditangkap.
"Karena modus pengiriman ini sudah terbaca oleh kami, para bandar kembali menggunakan modus lama dari awal tahun 2000-an, namun dengan cara berbeda. Mereka mengirimkan bahan-bahan kimia, bukan prekursor narkoba lagi," jelas Mukti.
Modus inilah yang kini marak digunakan oleh para pelaku narkoba. Oleh karena itu, Polri bersama aparat penegak hukum lainnya mengambil langkah-langkah antisipasi untuk mengungkap keberadaan laboratorium narkoba rahasia ini.
Mukti menegaskan bahwa penindakan terhadap laboratorium narkoba telah banyak dilakukan oleh jajaran Polri, baik di tingkat Bareskrim Polri maupun polda. Misalnya, pada April 2024, Polri mengungkap tiga pabrik narkoba di Semarang, Jawa Tengah, yang memproduksi sabu-sabu dan happy water.
Masih pada April, Bareskrim Polri menggerebek pabrik narkoba milik jaringan Fredy Pratama yang mampu memproduksi hingga 300 ribu butir ekstasi per bulan. Pada Mei, Bareskrim mengungkap laboratorium narkoba rahasia di Bali yang dikendalikan oleh dua warga negara asing asal Ukraina.
BACA JUGA:Kecelakaan Beruntun di KM 85 Tol Cipularang, Sepuluh Kendaraan Terlibat
BACA JUGA:Sindikat Judi Online Digrebek di Kawasan Jakarta Barat, Pernah Retas Situs Pemerintah dan Akademik
Pada pertengahan Juni, Bareskrim menggerebek laboratorium narkoba di Sumatera Utara yang dijalankan oleh pasangan suami istri, mampu memproduksi 314 ribu butir ekstasi per bulan.
Kasus terbaru, tujuh hari lalu, Bareskrim mengungkap pabrik narkoba terbesar di Indonesia yang berlokasi di Malang, dengan barang bukti 1,2 ton ganja sintetis siap edar dan bahan baku setara 2 ton siap produksi.
Kesamaan dari laboratorium narkoba yang berhasil dibongkar ini adalah penggunaan rumah tinggal maupun rumah toko yang disewa untuk memproduksi narkoba.
Clandestine laboratory umumnya merujuk pada aktivitas individu atau kelompok yang memproduksi narkoba secara cepat dan murah. (ant)