Ustadz Adi Hidayat Ungkap Makna Malam Satu Suro dari Sudut Pandang Syariat Islam

Sabtu 06 Jul 2024 - 19:34 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM – Menyambut tahun baru Islam yang jatuh pada tanggal 1 Muharram, Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan yang mendalam tentang arti dari bulan Muharram, yang merupakan tahun baru Islam atau biasa dikenal dengan malam 1 suro. Tidak dari segi mistis atau kepercayaan tradisional, melainkan dari sudut pandang syariat Islam.

Setiap tahunnya, tahun baru Islam diperingati pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Pada tahun ini, 1 Muharram 1446 Hijriah bertepatan dengan tanggal 7 Juli 2024. Perayaan ini merupakan salah satu hari besar umat Islam yang juga menjadi hari libur nasional di Indonesia.

Dalam penjelasannya, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa istilah "Muharram" berasal dari kata dasar yang berarti segala sesuatu yang diharamkan atau dilarang dalam ajaran Islam. "Muharram itu merujuk pada segala tindakan yang dilarang oleh Allah SWT," jelas UAH pada Jumat, 5 Juli 2024.

Misalnya, kata UAH, mencuri, mabuk, atau mengonsumsi makanan yang diharamkan seperti daging babi, adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. "Tindakan-tindakan seperti mencuri atau mabuk itu haram, dilarang oleh Allah SWT. Makanan yang diharamkan seperti babi juga termasuk dalam muharram," tambahnya.

BACA JUGA:Apakah Kamu Bermental Kuat Menghadapi Tantangan? Cek 7 Tandanya di Sini!

BACA JUGA:Rekomendasi Dokter Kulit: Lindungi Kesehatan Kulit Bibir dari Paparan Sinar Matahari

UAH juga menekankan bahwa umat Islam harus menjauhi perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama, seperti mencela atau berselisih dengan sesama Muslim. "Mencela itu muharram, di dalam Islam tidak boleh mencela atau berselisih. Tindakan seperti mencuri, zina, dan lainnya juga muharram. Hukumnya disebut haram, dan perbuatannya disebut muharram," ungkapnya.

Lebih lanjut, UAH menjelaskan bahwa ada konsep penting dalam Islam tentang menambahkan kata "Al" di depan "Muharram" ketika seseorang berniat untuk meninggalkan perbuatan buruk. "Jika Anda ingin meninggalkan segala yang dilarang, tambahkan 'Al' di depan muharram. Misalnya, jika ingin berhenti mabuk atau mencela, tambahkan 'Al' menjadi 'Al-Muharram'," jelas UAH.

"Ini berkaitan dengan hijrah, yang berarti perubahan menuju kebaikan. Hijrah yang dimulai dengan Al-Muharram menunjukkan niat untuk mengikuti jalan yang benar dan mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah," tutupnya.

Dengan penjelasan ini, UAH berharap agar umat Islam dapat menyambut tahun baru Hijriah dengan pemahaman yang lebih dalam tentang makna sebenarnya dari Muharram, serta komitmen untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh agama. (dis)

Kategori :